JAKARTA - Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban mengatakan pada Hari Jumat, penyerangan terhadap mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Slovakia Robert Fico terjadi karena "pandangan antiperang" mereka.
"Semua serangan ini ditujukan kepada politisi antiperang dan properdamaian," kata PM Orban dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio milik negara Kossuth, melansir Reuters 19 Juli.
"Kekuatan properang begitu tersulut, tegang, bersekongkol, dan terorganisasi sehingga mereka mencoba membersihkan kekuatan properdamaian dari panggung, dari pusat kehidupan politik."
PM Fico terkena empat peluru dalam upaya pembunuhan pada pertengahan Mei lalu. Sementara Trump, calon presiden dari partai Republik untuk pemilihan November mendatang, selamat dari penembakan pada tanggal 13 Juli.
Keduanya adalah sekutu Orban, politisi nasionalis sayap kanan yang berkuasa sejak 2010.
Perdana Menteri Hongaria, yang melakukan "misi perdamaian" Ukraina awal bulan ini yang mencakup pertemuan dengan Trump, mengatakan mantan presiden itu selamat dari serangan itu karena "Tuhan punya rencana bersamanya" untuk memajukan perdamaian.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto mengatakan, pihaknya melihat potensi masa jabatan kedua Trump sebagai "kesempatan untuk perdamaian" di Ukraina.
PM Orban mengatakan, ia berbicara dengan Trump selama dua jam saat kedua bertemu di Florida pada 11 Juli.
Wawancara Hari Jumat adalah pertama kalinya Orban berbicara tentang pertemuan itu secara terperinci.
BACA JUGA:
Ia mengatakan, mereka membahas beberapa topik termasuk ekonomi dan bahwa timnya membantu para pembantu Trump dengan kebijakan.
"Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan mereka yang bekerja di belakang presiden dalam menulis agenda ekonomi dan kebijakan luar negerinya," terang PM Orban.
"Saya dapat mengatakan bahwa kami mengambil bagian dalam proses penetapan agenda ini, ada beberapa topik seperti kebijakan keluarga dan penghentian migrasi yang sangat kami hargai," tandasnya.