Bagikan:

JAKARTA - Presiden Recep Tayyip Erdogan mengecam dukungan Barat ke Israel yang ingin melebarkan konflik di Timur Tengah, saat ketegangan dengan Hizbullah di perbatasan utaranya meningkat, memastikan Turki mendukung Lebanon.

"Israel sekarang mengarahkan pandangannya ke Lebanon dan kami melihat kekuatan Barat di balik layar menepuk punggung Israel dan bahkan mendukung mereka," kata Presiden Erdoğan dalam rapat parlemen Partai Keadilan dan Pembangunan (AK Party), melansir Daily Sabah 26 Juni.

Rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menyebarkan perang ke wilayah tersebut akan menyebabkan bencana besar," katanya.

"Sangat mengerikan dan menyedihkan negara-negara yang berbicara tentang kebebasan, hak asasi manusia, dan keadilan, ditawan oleh orang gila seperti Netanyahu," imbuh Presiden Erdogan.

Memastikan dukungan Turki terhadap Lebanon, Presiden Erdogan juga menyerukan aktor regional melakukan langkah yang sama.

"Turki berdiri bersama rakyat dan negara Lebanon yang bersaudara. Saya menyerukan kepada negara-negara lain di kawasan ini untuk berdiri dalam solidaritas dengan Lebanon," katanya, dilansir dari Reuters.

Ketegangan lintas batas antara Israel dan Hizbullah Lebanon telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, memicu kekhawatiran akan terjadinya perang habis-habisan antara Israel dan Hizbullah.

Saling serang di perbatasan utara Israel telah menyebabkan evakuasi puluhan ribu orang dari daerah-daerah di kedua sisi perbatasan.

Sekutu utama Israel, Amerika Serikat, memperingatkan Israel tentang risiko konflik besar melawan kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon menyusul meningkatnya serangan lintas perbatasan.

"Perang lain antara Israel dan Hizbullah dapat dengan mudah menjadi perang regional, dengan konsekuensi yang mengerikan bagi Timur Tengah," ujar Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin kepada mitranya dari Israel yang sedang berkunjung, Yoav Gallant.

Pejabat tinggi Israel termasuk PM Netanyahu telah menyatakan, mereka terbuka terhadap penyelesaian diplomatik atas ketegangan perbatasan, meskipun Menhan Gallant mengatakan Israel harus siap untuk "setiap skenario yang mungkin."