Bagikan:

JAKARTA - Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump diharapkan memerintahkan Israel menghentikan perang, saat korban tewas di Palestina dan Lebanon terus bertambah.

Itu dikatakan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Hari Jumat, menunjukkan awal yang baik dengan menghentikan dukungan senjata AS kepada Israel.

"Trump telah berjanji untuk mengakhiri konflik. Kami ingin janji itu dipenuhi dan Israel diperintahkan untuk 'berhenti'," kata Presiden Erdogan kepada wartawan dalam penerbangan kembali dari Budapest, menurut pernyataan resmi, dilansir dari Reuters 8 November.

"Trump menghentikan dukungan senjata yang diberikan kepada Israel bisa menjadi awal yang baik untuk menghentikan agresi Israel di wilayah Palestina dan Lebanon," katanya.

Turki telah mengkritik keras serangan Israel di wilayah Palestina di Gaza dan di Lebanon, menghentikan perdagangan dengan Israel serta mengajukan permohonan untuk bergabung dengan kasus genosida terhadap Israel di Pengadilan Dunia. Israel dengan tegas membantah tuduhan genosida tersebut.

Trump yang berpasangan dengan JD Vance dari Partai Republik, memenangi pemilihan presiden pada Hari Selasa, mengungguli pesaingnya dari Partai Demokrat, petahana Wakil Presiden Kamala Harris dan Tim Walz, setelah meraih lebih dari 270 suara elektoral, batas minimal untuk memenangi kontestasi meski belum ada pengumuman resmi.

Kepemimpinan Trump akan berdampak serius pada keseimbangan politik dan militer di kawasan Timur Tengah, kata Presiden Erdogan, seraya menambahkan menjalankan kebijakan AS saat ini akan memperdalam kebuntuan di kawasan dan menyebarkan konflik.

Terpisah, sumber medis di Gaza pada Hari Jumat mengatakan, korban tewas Palestina sejak konflik terbaru pecah pada 7 Oktober 2023 telah mencapai 43.508 jiwa, sementara sekitar 102.684 lainnya luka-luka, mayoritas adalah anak-anak dan perempuan, dikutip dari WAFA.

Sedangkan di kutip dari Anadolu, korban tewas di Lebanon sejak tahun lalu telah mencapai 3.050 jiwa, kata kementerian kesehatan setempat, menambahkan korban luka telah mencapai 13.658 orang.

Israel telah meluncurkan kampanye udara besar-besaran di Lebanon sejak akhir September terhadap apa yang diklaimnya sebagai target Hizbullah, setelah selama setahun terakhir terlibat saling serang lintas batas.

Hizbullah menembakkan roket ke wilayah selatan Israel sehari setelah konflik di Gaza pecah, menyatakan sebagai solidaritas terhadap Hamas. Israel memperluas konflik dengan meluncurkan serangan darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober tahun ini.