Bagikan:

JAKARTA - Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dengan The University of Manchester, Badan Riset Nasional Indonesia (BRIN), Universitas Brawijaya, serta empat organisasi yang berfokus pada kesehatan mental (Into The Light, KPSI, Ubah Stigma, dan CISDI) melakukan riset kolaborasi tentang prevalensi gangguan mental terutama masalah kecemasan dan depresi yang terus meningkat sejak tahun 2018.

Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (UI) sekaligus Ketua Peneliti STAND-Indonesia, Herni Susanti menjelaskan, riset ini untuk menemukan solusi yang lebih baik dari masalah kecemasan dan depresi di masyarakat.

"Program riset ini dikenal dengan nama Sustainable Treatment for Anxiety and Depression in Indonesia, atau disingkat STAND-Indonesia," terang Herni Susanti, dalam keterangan tertulis, Kamis, 16 Mei 2024.

Untuk menghadirkan solusi yang lebih baik dari masalah kecemasan dan depresi di Indonesia, program STAND telah dimulai dari tahun 2022 dan dijadwalkan berakhir pada tahun 2026.

Riset ini melibatkan empat provinsi di Pulau Jawa. Secara spesifik, riset ini meliputi enam daerah perkotaan dan enam daerah pedesaan yang berada di Kota Tangerang, Kabupaten Bogor, dan Kota Semarang, serta Kabupaten Magelang, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Jombang sesuai Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia.

Polemik terberat dari peningkatan angka kecemasan dan depresi di Indonesia adalah dari seluruh individu yang mengalami masalah tersebut, hanya 9% yang mendapatkan pengobatan di pelayanan kesehatan.

"Hal yang harus kita sadari adalah bahwa kondisi kecemasan atau depresi dapat dibantu, tetapi sebaliknya kondisi kecemasan atau depresi dapat mengakibatkan penurunan produktivitas hingga kejadian kejadian bunuh diri bila tidak ditangani," kata Herni.

Hingga tahun 2021, tercatat bahwa jumlah tenaga profesional yang dapat memberikan perawatan kesehatan jiwa masih sangat minim di Indonesia.

"Oleh karena itu, fokus dari riset ini adalah mengembangkan sebuah model Perawatan Kesehatan Jiwa Sederhana bagi individu dengan cemas dan depresi yang dapat diberikan oleh kader yang terlatih," ucap Herni merinci penjelasannya.

Riset ini didanai oleh NIHR Global Health Research for Sustainable Care for anxiety and depression in Indonesia (Award ID NIHR 134638) dengan menggunakan dana pembangunan internasional dari Pemerintah Inggris untuk mendukung penelitian kesehatan global.

Program riset ini meliputi 5 tahapan yang kompleks, sehingga selain membuahkan sebuah model perawatan bagi orang dengan kecemasan dan depresi, hasil riset juga dapat digunakan sebagai basis data dari Provinsi Jawa.

Pada tahun 2023, telah dilakukan tahap pertama yaitu suatu survei rumah tangga pada 19.236 individu dari 4 provinsi di Pulau Jawa. Didapatkan data angka depresi sebesar 4,42% dan angka kecemasan teridentifikasi sebesar 5,68%.

Prevalensi depresi dan atau kecemasan di Jawa Timur (Kabupaten Malang dan Jombang) menunjukkan angka yang lebih tinggi (8,79%), diikuti oleh Jawa Tengah (Kota Semarang dan Kab. Magelang) (7,86%). Temuan lainnya juga didapatkan data dari 1.480 orang yang teridentifikasi mengalami depresi dan atau kecemasan hanya 338 orang (22,9%) yang mencari perawatan kesehatan mental.

"Tahap kedua berupa studi wawancara yang melibatkan 140 partisipan, terdiri dari pasien, keluarga, tokoh agama, tokoh masyarakat, kader, tenaga kesehatan profesional, dan 27 partisipan tokoh nasional," katanya.

Tim peneliti STAND-Indonesia, Hasbullah Thabrany menambahkan, pada 2024, tim peneliti secara aktif sedang melakukan tahap ketiga dan keempat untuk uji coba Model Perawatan Kesehatan Jiwa Sederhana di 4 provinsi.

"Tujuan utama dari riset ini adalah untuk menghasilkan sebuah model perawatan berbasis masyarakat yang dapat diberikan kepada individu yang mengalami cemas dan depresi. Diharapkan model ini akan menyediakan manajemen yang lebih baik untuk cemas dan depresi, serta mampu menurunkan angka perburukan kondisi dan mencegah masalah kejiwaan lebih lanjut di masyarakat," tambahnya.

Model ini merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi cemas dan depresi. Manfaat lainnya bagi pemerintah, adalah analisis dampak ekonomi dan sosial yang dapat digunakan pemerintah dalam konstruksi kebijakan penganggulangan masalah kesehatan jiwa di Indonesia yang berkelanjutan, khususnya dalam implementasi Model Perawatan Kesehatan Jiwa Sederhana dalam skala nasional.

"STAND-Indonesia juga melibatkan kelompok-kelompok yang terdiri dari para aktivis kesehatan jiwa, termasuk para penyintas masalah kecemasan dan depresi. Mereka berperan aktif sebagai fasilitator hingga pakar dalam berbagai kegiatan," paparnya.

Selain kegiatan riset, STAND-Indonesia juga berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas masyarakat umum dan ilmiah dalam kesehatan mental. Melalui program riset STAND - Indonesia, diharapkan muncul langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat tentang kesehatan mental.