Bagikan:

JAKARTA - Layanan kesehatan di wilayah Jalur Gaza, Palestina terancam lumpuh dalam beberapa hari mendatang, saat jumlah korban tewas warga Palestina di wilayah kantong tersebut akibat serangan Israel terus bertambah.

Para dokter di Gaza memperingatkan, layanan kesehatan akan lumpuh dalam beberapa hari ke depan, jika Israel tidak mengizinkan dimulainya kembali pengiriman bahan bakar ke wilayah Palestina yang dilanda perang.

Pasokan bahan bakar, makanan dan bantuan kemanusiaan melalui dua penyeberangan utama bantuan ke Gaza terputus pekan lalu, setelah Israel melancarkan operasi militer di wilayah Rafah selatan, tempat kedua penyeberangan berada.

Otoritas Penyeberangan dan Perbatasan Gaza mengatakan, penutupan penyeberangan komersial Karam Abu Salam dari Israel ke Rafah selatan telah menghalangi masuknya bantuan selama tujuh hari berturut-turut hingga Hari Minggu.

Pengiriman melalui penyeberangan Rafah dari Mesir, satu-satunya pintu masuk bahan bakar, menurut lembaga bantuan, terhenti setelah pasukan Israel mengambil kendali pada hari Selasa.

Direktur Rumah Sakit Martir Al Aqsa di pusat Kota Deir Al Balah Dr. Raed Hussain mengatakan kepada The National News pada Hari Minggu, mereka tidak akan dapat terus memberikan layanan lebih dari 48 jam tanpa pasokan bahan bakar segar.

"Kami belum menerima bahan bakar apa pun selama lima hari. Kami membutuhkan sekitar 3.500 liter bahan bakar setiap hari untuk mengoperasikan generator," kata Dr Hussain, seperti dikutip 13 Mei.

Lebih jauh dia mengatakan, situasinya menjadi semakin menyedihkan, lantaran pesatnya peningkatan populasi di Gaza tengah ketika orang-orang melarikan diri dari pemboman Israel dan kemajuan militer di wilayah lain.

"Jumlah warga di Jalur Gaza tengah telah mencapai 800.000 setelah perpindahan orang dari Rafah ke kota Deir Al Balah, yang sebelumnya berpenduduk 400.000 jiwa," ungkap Dr. Hussain.

"Kepadatan yang berlebihan ini memerlukan lebih banyak layanan kesehatan dan peningkatan kapasitas rumah sakit," tandasnya.

Sekitar 280.000 orang telah meninggalkan wilayah timur Rafah sejak Israel memerintahkan mereka keluar sebelum melancarkan operasi militer di sana Senin lalu, menurut badan pengungsi Palestina PBB, UNRWA, sementara ribuan lainnya mulai meninggalkan Kamp Jabalia di Gaza utara atas perintah tentara Hari Sabtu.

Direktur Komunikasi UNRWA Tamara Al Rafie mengatakan, daerah perbatasan Rafah masih ditutup dan menyebabkan bantuan pasokan bantuan melambat, ketika ribuan orang kekurangan makanan dan air.

"Bantuan masih sangat langka karena Rafah masih ditutup. Sejumlah truk masuk melalui Karam Abu Salem kemarin. Dari segi bahan bakar, kami menerima beberapa pada hari Kamis tetapi kurang dari 200.000 liter," kata Al Rafie.

Terpisah, Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan pada Hari Minggu, sekitar 63 orang tewas dalam 24 jam terakhir, menjadikan total korban tewas di wilayah itu menjadi 35.034 orang, sejak perang pecah 7 Oktober 2023.

Sedangkan sekitar 114 orang terluka dalam kurun waktu yang sama, sehingga total korban luka sejak konflik terbaru Israel-Hamas pecah menjadi 78.755 orang.