Bagikan:

JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menerbitkan izin penggunaan darurat alias emergency use of authorization (UEA) untuk vaksin COVID-19 asal Inggris AstraZeneca pada 22 Februari. 

Kepala BPOM Penny Lukito menjelaskan efikasi AstraZeneca tidak berbeda jauh dengan Sinovac. AstraZeneca mencapai 70,4 persen sementara Sinovac 65,3 persen.

"Vaksin AstraZeneca ini untuk usia 18 tahun ke atas, jadi bisa untuk lansia dan kategori-kategori nya juga harus sama dengan vaksin Sinovac sebelumnya kemudian penyimpanan juga sama, cocok dengan negara yang biasa kita lakukan vaksinasi pada umumnya 2 sampai 8 derajat celcius," ujar Penny, Selasa, 9 Maret.

Menanggapi kabar vaksin AstraZeneca dianggap kurang manjur, Penny menjelaskan, kemanfaatan vaksin tergantung pada penerima. Jika dikaitkan dengan keamanan efek samping Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI), respons individu bisa berbeda.  

"Bisa jadi ada beberapa kejadian yang cukup serius, tentunya otoritas obat di negara masing-masing akan melanjutkan investigasi," jelas Penny.

Penny menekankan, pihaknya tetap berupaya melaksanakan vaksinasi berdasarkan data uji klinik. Soal efek vaksin sedang dideteksi.

Dia menegaskan vaksin AstraZeneca tak masuk dalam vaksin gotong royong.

"AstraZeneca bukan vaksin gotong royong. Vaksin untuk gotong royong Sinopharm, Novavax dan Moderna," ujarnya.