Bagikan:

JAKARTA - Satgas Penanganan COVID-19 meminta masyarakat tetap tenang menyikapi munculnya varian baru COVID-19 yakni B117. Pasien suspek sudah pulih dari virus itu.

"Suspeknya saat ini sudah pulih dan masih diawasi oleh dinas kesehatan daerah," ujar Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers daring di Jakarta, Senin, 8 Maret.

Wiku memastikan pemerintah sudah melakukan pelacakan kepada orang-orang yang kontak dekat dengan pasien. Dia juga menyebut pemerintah akan mengawasi ketat WNI dari luar negeri yang masuk ke Indonesia. WNI dari luar negeri harus dikarantina selama 5 hari. 

"Ini merupakan upaya untuk memastikan varian baru COVID tidak menyebar di Indonesia yang akan memperburuk situasi pandemi," katanya.

Sebelumnya Kemenkes mencatat kasus penularan virus corona varian B117 ditemukan di Sumatera Selatan pada 11 Januari, di Kalimantan Selatan pada 6 Januari 2021, di Kalimantan Timur pada 12 Februari, dan di Sumatera Utara pada 28 Januari.

Keempat kasus ini sudah dites dan mendapat hasil positif COVID-19 dengan hasil pemeriksaan genome sequencing strain baru COVID-19 B117 asal Inggris.

"Saat ini mereka sudah sembuh dan sudah keluar (dari isolasi). Untuk tindak lanjutnya, kita sedang melakukan surveillance terhadap kontak erat mereka dan sedang kita kejar agar bisa kita tes," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin terpisah. 

Sementara itu, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pihaknya belum menemukan bukti mutasi virus COVID-19 yaitu B117 lebih berbahaya di Indonesia. Meski begitu, dia minta masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan secara disiplin.

"Kami belum mendapatkan bukti ilmiah bahwa virus mutasi COVID-19 ini lebih tinggi tingkat keganasannya dibanding virus COVID-19 yang awal,” kata Nadia.

Kemenkes meminta masyarakat tak perlu khawatir berlebihan meski tetap harus waspada. Sebab, dari penelitian di negara lain virus ini memang lebih cepat menular.

Nadia juga menerangkan, mutasi virus ini terjadi pada bagian tanduk atau spike virus yang menyerupai buah rambutan. Hal tersebut yang membuat virus lebih mudah masuk ke sasaran sehingga penularannya lebih cepat.

"Kecepatan penularan mutasi virus tersebut tidak menyebabkan bertambah parahnya penyakit, namun penelitian terus dilakukan," jelas Nadia.