Kemenkes: Belum Ada Bukti Ilmiah Mutasi COVID-19 B117 Lebih Berbahaya
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pihaknya belum menemukan bukti mutasi virus COVID-19 yaitu B117 lebih berbahaya di Indonesia. Meski begitu, dia minta masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan secara disiplin.

"Kami belum mendapatkan bukti ilmiah bahwa virus mutasi COVID-19 ini lebih tinggi tingkat keganasannya dibanding virus COVID-19 yang awal,” kata Nadia seperti dikutip dari situs Kemenkes, Sabtu, 6 Maret.

Lebih lanjut, dia meminta masyarakat tak perlu khawatir berlebihan meski tetap harus waspada. Sebab, dari penelitian di negara lain virus ini memang lebih cepat menular.

Nadia juga menerangkan, mutasi virus ini terjadi pada bagian tanduk atau spike virus yang menyerupai buah rambutan. Hal tersebut yang membuat virus lebih mudah masuk ke sasaran sehingga penularannya lebih cepat.

"Kecepatan penularan mutasi virus tersebut tidak menyebabkan bertambah parahnya penyakit, namun penelitian terus dilakukan," jelasnya.

Dirinya juga memaparkan vaksin COVID-19 yang dipakai di Indonesia efektif melawan B117. Sehingga, mutasi ini dianggap tidak akan memengaruhi pembentukan kekebalan kelompok atau herd immunity.

Meski begitu masyarakat tetap harus disiplin memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun (3M). Selain itu, dirinya meminta masyarakat menahan diri tidak bermobilisasi menjelang libur panjang akhir minggu sejak Kamis, 11 Maret hingga Minggu, 14 Maret.

"Kami imbau dengan sangat untuk menahan diri tidak bepergian dulu," pungkasnya.