Bagikan:

JAKARTA - Akademisi Ade Armando menyatakan, seruan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal benci produk luar negeri harusnya disyukuri. Pernyataan ini mirip mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dengan tagline 'Buy America' 

"Sudah waktunya pemimpin negara dan bangsa ini bilang kepada rakyatnya untuk berhenti membeli barang-barang impor seperti Presiden AS Obama yang sejak awal pemerintahannya melahirkan kebijakan buy american untuk menumbuhkan ekonomi negaranya," tegas Ade Armando dalam saluran Youtube CokroTV dilansir Minggu, 7 Maret.

Banjir barang impor ke Indonesia adalah hal yang patut dikhawatirkan. Presiden, tegas Ade Armando tengah mendrong rakyatnya untuk mencintai produk dalam negeri demi mengatasi impor tersebut.

Baginya, protes tentu datang dari kalangan menengah ke atas yang selama ini menikmati konsumsi impor barang.

"Saya bisa bayangkan ada orang-orang yang bilang di era global ini sudah tidak saatnya sok bersikap nasionalisme seperti Jokowi tapi saya percaya Jokowi tidak akan menarik ucapannya dia sudah mengambil langkah benar dan akan banyak orang yang mendukungnya," terang Ade Armando.

Ada beberapa catatan dari pernyataan Presiden Jokowi tersebut. Pertama, yang dikritik adalah impor barang konsumsi bukan impor bahan baku atau barang modal impor.

Secara ekonomi, impor bahan baku justru bermanfaat bagi Indonesia karena akan digunakan untuk proses produksi barang-barang di industri domestik, baik untuk keperluan pasar Indonesia maupun untuk di ekspor.

"Yang jadi masalah adalah impor barang konsumsi yang bisa dikatakan membawa manfaat ekonomi minimal yang pasti menyerap devisa secara besar-besaran," terang dia.

Bagi Ade Armando, yang ditegaskan Jokowi bukan benci terhadap merk global, tetapi kecintaan sebagian masyarakat Indonesia pada barang yang diproduksi luar negeri.

"Jadi tidak ada masalah kalau kita membeli barang-barang bermerk asing seperti coca-cola, head and shoulders, McDonalds dan lain-lain selama itu semua diproduksi di Indonesia. Barang-barang itu bukanlah barang impor karena sudah diproduksi di dalam negeri," tegas dia.

"Presiden tidak sedang mendorong masyarakat untuk anti asing atau sikap yang asing (xenofobia). Pemerintah selama ini justru berusaha menarik lebih banyak lagi investor asing dari luar negeri untuk menanamkan modal di Indonesia kita sangat membutuhkan investasi asing," terang dia.