Bagikan:

JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengungkap bahwa tidak ada negara lain yang menggunakan diksi benci produk luar negeri atau asing, seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk penguatan industri dalam negeri hingga meningkatkan daya saing.

Peneliti Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan diksi merupakan sesuatu yang umum digunakan suatu negara untuk mendorong penguatan industri di dalam negerinya. Namun, diksi yang digunakan negara lain tidak seperti yang disuarakan oleh Jokowi.

Lebih lanjut, Heri mengatakan, kalau dibandingkan dengan negara lain, misalnya China, pemerintahnya menggunakan diksi made in China 2025. Kemudian India menggunakan tagline made in India dan lain-lain.

"Jadi memang kalau diperhatikan tidak ada negara-negara yang membuat diksi atau semacam yang diutarakan Pak Presiden Jokowi yaitu benci produk asing. Sebenarnya diksi yang kita gaungkan sudah cukup bagus yaitu 100 persen produk Indonesia," tuturnya dalam diskusi virtual, Senin, 8 Maret.

Selain menggunakan diksi 100 persen produk Indonesia, kata Heri, pemerintah juga bisa menggunakan tagline made in Indonesia 2024 ketimbang menggunakan diksi benci produk asing.

Meski begitu, Heri mengatakan, perlu dilihat mengapa Jokowi sampai mengutarakan benci produk luar negeri atau asing. Salah satunya, karena banjir produk impor yang masuk melalui e-commerce.

"Kenapa Pak Presiden mengutarakan benci produk luar negeri? Mungkin salah satu yang menjadi alasan kalau kita lihat, ketika terjadi booming e-commerce tahun 2015 terlihat terjadi peningkatan barang impor konsumsi yang cukup pesat. Kisaran impor barang konsumsi atau peningkatannya itu jauh lebih besar meskipun porsinya masih di bawah 10 persen," ucapnya.

Sementara, menurut Heri, untuk impor bahan baku porsinya walaupun tumbuh tetapi masih kalah lebih cepat dari pertumbuhan barang konsumsi. Ia mengatakan, booming e-commerce pada 2015 dan saat ini membuat barang konsumsi naiknya sangat signifikan.

"Di sini saya ambil kesimpulan, jika kita tidak mempersiapkan daya saing produk lokal maka yang terjadi adalah digitalisasi ini di tengah liberalisasi ini dapat menyebabkan deindustrialisasi. Kecuali kalau kita mempersiapkan daya saing produk lokal dengan sangat baik. Maka yang terjadi digitalisasi akan memberikan lompatan-lompatan atau akselerasi-akselerasi yang berharga buat peningkatan industri kita," tuturnya.

Namun, kata Heri, apa yang dialami oleh Indonesia merupakan konsekuensi atau implikasi dari keputusan Indonesia yang mengikuti kerja sama perdagangan dalam bentuk berbagai macam.

Lebih lanjut, dia mengatakan kerja sama perdagangan bebas tanpa persiapan yang matang tentu saja akan berdampak seperti pada defisit neraca perdagangan, terjadi trade creation effect, peluang peningkatan kesejahteraan negara mitra lebih besar dari Indonesia. Kata dia, hal tersebut merupakan implikasi dari perdagangan internasional yang pada akhirnya akan membuat impor barang konsumsi menjadi banjir.

"Kemudian sampai Pak Presiden mengutarakan diksi benci produk asing. Sebenarnya itu salah sendiri, kalau tidak mau kebanjiran impor jangan dulu untuk ratifikasi perdagangan bebas, kita kan keputusannya sudah bulat untuk mengikuti berbagai kerja sama perdagangan bebas. Konsekuensinya harus mau terima impor, ini kok kita mau ikutan kerjasamanya tetapi impornya tidak mau terima," jelasnya.

Ajakan benci produk asing

Sebelumnya, Presiden Jokowi mengajak masyarakat Indonesia untuk membenci produk luar negeri. Ia meminta masyarakat untuk mencintai produk lokal.

"Produk-produk dalam negeri gaungkan, gaungkan juga benci produk-produk luar negeri. Bukan hanya cinta, tapi benci. Cinta barang kita, benci produk luar negeri," katanya, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Kamis, 4 Maret.

Pernyataan Jokowi menuai reaksi dari berbagai pihak. Menanggapi hal ini, Jokowi menyatakan sah-sah saja untuk tidak suka dengan produk asing atau buatan luar negeri. Menurutnya, ini saatnya masyarakat Indonesia untuk cinta dan bangga dengan produk-produk lokal.

"Boleh saja tidak suka sama produk asing, masa tidak boleh tidak suka, kan boleh saja tidak suka pada produk asing. Gitu saja ramai. Saya ngomong benci produk asing saja ramai, boleh kan tidak suka dengan produk asing," ungkap Jokowi dalam Rapat Kerja Nasional Hipmi 2021, Jumat, 5 Maret.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini berujar jangan sampai Indonesia menguntungkan produk luar negeri saja. Seharusnya, konsumsi terhadap produk dalam negeri yang ditingkatkan dan digaungkan.