Bagikan:

JAKARTA -  Pengamat politik Andriadi Achmad menilai masuknya mantan terpidana kasus penyebaran ujaran kebencian, Buni Yani, ke Partai Ummat besutan Amien Rais kurang berpengaruh bagi perkembangan partai. Sebab, Buni Yani bukan sosok yang bisa diperhitungkan untuk mengambil suara pada pemilihan umum.

"Menurut saya, bergabungnya aktifis Buni Yani tidak akan memberi pengaruh cukup besar bagi Partai Ummat. Dikarenakan Buni Yani bukan termasuk tokoh nasional yang diperhitungkan," ujar Andriadi dihubungi VOI, Jumat, 5 Maret.

Menurut Andriadi, kondisi akan sangat berbeda bila tokoh yang bergabung ke Partai Ummat seperti mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo atau mantan Ketum Muhammadiyah Din Syamsuddin.

"Pasti akan memiliki pengaruh cukup signifikan, mengingat tokoh-tokoh tersebut memiliki loyalis dan pengikut," jelasnya.

Direktur Eksekutif Political Communication Studies and Research Centre (PolCom ARC) itu menuturkan, Partai Ummat yang diprakarsai tokoh reformasi Amien Rais semestinya sudah harus segera berdiri agar bisa mengikuti pemilu 2024. 

"Musti berdiri 2,5 tahun sebelum pelaksanaan pemilu," ucap Andriadi.

Selain itu, lanjutnya, Amien Rais juga harus merekrut tokoh-tokoh nasional lainnya untuk bergabung.

"Di Indonesia secara umum partai politik masih menggantungkan nasib kepada tokoh sentral dalam mempertahankan keberlangsungan parpol. Seperti, PDIP, masih sangat kuat di pengaruhi Megawati," jelas Andriadi.

Begitu juga Gerindra yang diidentikkan dengan Prabowo Subianto, Nasdem dengan Surya Paloh, atau bahkan Perindo yang digawangi Hary Tanoesoedibjo. Ada juga Hanura yang kuat diketuai Oesman Sapta Odang (OSO) di mana sebelumnya diprakarsai Wiranto.

"Hanya beberapa parpol saja yang tidak bergantung pada tokoh sentral seperti PKS, PPP, Golkar, PSI dan lainnya. Ataupun Partai Gelora yakni Anis Matta dan Fahri Hamzah. Maupun PAN, Zulkifli Hasan. Artinya ke depan, Partai Ummat mesti ada tokoh sentral selain Amien Rais," bebernya.

Butuh Modal, Amien Rais Diprediksi Gagal Besarkan Partai Ummat

Selain ketokohan, mendirikan parpol juga butuh dana finansial besar seperti yang dilakukan Hary Tanoesodibjo, Surya Paloh atau Tomy Soeharto di Partai Berkarya. Atau bisa saja mendirikan parpol mendapatkan sumbangan finansial dari para pendiri atau donatur, seperti berdirinya PAN, Demokrat, PKS.

"Dibutuhkan tidak hanya modal sosial, modal popularitas tokoh pendiri, tapi dibutuhkan modal yang cukup besar dalam memobilisasi pembentukan berdirinya Dewan Pengurus di Tingkat Provinsi di seluruh Indonesia," kata Andriadi.

Jika Partai Ummat menginginkan eksistensi atau berdiri serta lolos parliamentary threshold tanpa kekuatan tokoh, bahkan kekurangan modal finansial, Andriadi mengaku khawatir Amien Rais tidak mampu mendirikan Partai Ummat.

"Saya khawatir Amien Rais gagal mendirikan Partai Ummat," kata Andriadi.