Bagikan:

JAKARTA - Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai wajar bergabungnya mantan terpidana kasus penyebaran ujaran kebencian, Buni Yani ke Partai Ummat. 

Namun, Pangi lebih menyoroti dasar ideologi dari partai besutan Amien Rais itu. Menurutnya, akan lebih bagus jika dari awal partai berlambang perisai dan bintang emas itu menentukan posisinya, apakah sebagai partai nasionalis atau partai Islam.

"Partai Ummat tentu bisa bagus, kalau bisa mengambil posisi menjadi partai yang ideologis. Bisa jadi partai (ideologi) kanan bisa jadi partai (ideologi) kiri, karena dua partai itu yang punya basis dari segi polarisasi ideologi, isu sentimen, populisme dan citra. Mereka jelas punya segmen basis yang mengeras pada polarisasi ideologi," ujar Pangi dihubungi VOI, Jumat, 5 Maret.

"Misalnya PDIP, kenapa selalu membela tentang narasi nasionalis. Kemudian tidak setuju dengan syariat islam, tidak nyaman dengan isu yang lebih kepada Islam. Tapi bagaimanapun mereka berhasil dan punya ceruk yang mereka miliki," sambungnya.

Menurut Pangi, jika berbalik ke belakang dimana Amien Rais dan Buni Yani concern ke isu pembela Islam, maka sebaiknya Partai Ummat mengambil ceruk suara dari simpatisan muslim.

"Begitu juga Partai Ummat mampu mengambil sentimen ambil ceruk segmen yang lebih besar. Boleh saja ambil ceruk kolomnya ummat Islam, mereka akan mainkan polarisasi isu tentang membela Islam, mereka pasti punya basis," jelasnya.

"Cuma memang tidak akan besar besar juga, kecuali mereka memastikan semua orng Islam memilih Partai Ummat," tambah Pangi.

Pangi mengakui saat ini agak mustahil jika meniadakan ideologis. Apalagi, banyak partai anak muda, partai milenial, partai digital, dan sebagainya yang tidak memiliki segmen yang jelas sehingga susah mempertahankan basis pemilih.

"Jadi kedepannya memang akan bertahan partai yang punya masa depan, itu adalah partai yang ideologis. Nah saya lihat Partai Ummat ini termasuk partai yang ideologis sebenarnya, tinggal bagaimana mengelola dan memainkan isu yang nanti akan memblock ideologis masing-masing, nasionalis atau Islam" jelas Pangi.

Pangi menambahkan, pemilihan ideologis tersebut merupakan bagian strategi untuk mengambil segmen pemilih. "Apalagi Gerindra itu kemarin sebetulnya bukan partai (islam, red) tapi bisa mengambil pemilih Islam dengan memainkan isu kalau ideologinya (nasionalis, red). Sama seperti PDIP. Itu keberhasilan dalam memainkan isu yang cukup berhasil mendulang suara," tukasnya.