Bagikan:

JAKARTA - Serangan Ukraina terhadap kilang Rusia mungkin telah mengganggu lebih dari 15 persen kapasitas negara itu, kata seorang pejabat Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), menambahkan aliansinya yakin Moskow masih kekurangan tenaga dan amunisi untuk melancarkan serangan yang sukses.

Rusia dan Ukraina sama-sama menggunakan drone untuk menyerang infrastruktur penting, instalasi militer dan konsentrasi pasukan dalam perang yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun.

Kyiv juga menyerang kilang dan fasilitas energi Rusia dalam beberapa bulan terakhir dengan beberapa serangan mencapai jarak 1.000 km (620 mil) ke dalam wilayah Rusia.

"Dalam hal kerusakan, serangan tersebut mungkin telah mengganggu lebih dari 10 persen kapasitas kilang Rusia, mungkin lebih dari 15 persen. Tergantung pada tingkat kerusakannya, perbaikan bisa memakan waktu lama," kata pejabat tersebut kepada wartawan yang tidak mau disebutkan namanya, melansir Reuters 5 April.

"Semakin sedikit jenis energi Rusia, infrastruktur penting yang aman dari potensi serangan," kata pejabat itu.

Menurut perhitungan Reuters, sekitar 14 persen kapasitas penyulingan Rusia telah ditutup karena serangan pesawat tak berawak.

Terpisah, kilang-kilang Rusia yang rusak akan kembali beroperasi normal pada awal Juni, kata Menteri Energi Rusia Nikolai Shulginov, dikutip oleh kantor berita Interfax.

Mengenai tenaga dan amunisi Rusia, pejabat NATO itu mengatakan, Moskow merekrut sekitar 30.000 orang setiap bulannya untuk menanggung kerugian besar. Namun, meskipun Rusia mempunyai keunggulan yang signifikan dibandingkan Ukraina dalam hal amunisi, tenaga kerja dan peralatan, namun kecil kemungkinannya untuk mencapai terobosan besar dalam waktu dekat.

"Mereka kemungkinan besar tidak akan mampu melakukan operasi ofensif yang signifikan tanpa mobilisasi skala besar lainnya,” kata pejabat tersebut, seraya menambahkan Moskow juga harus mengatasi kekurangan amunisinya sendiri.