Dirjen WHO Peringatkan Pasien RS Al Shifa Bisa Meninggal Jika Tidak Segera Dievakuasi
Pasukan Israel saat menggelar operasi di RS Al Shifa. (Sumber: Israel Defense Forces)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, hancurnya Rumah Sakit Al Shifa di Jalur Gaza, Palestina akibat serangan Isrel, menyebabkan pasien di sana perlu dievakuasi segera atau mereka akan meninggal.

Pasukan Israel menyebabkan banyak kerusakan di kompleks rumah sakit itu, setelah menarik pasukannya dari RS Al Shifa pada Hari Senin usai operasi selama dua minggu yang menyebabkan ratusan militan tewas dan ratusan lainnya ditahan.

"Orang yang membutuhkan evakuasi medis akan meningkat dan evakuasi medis sudah berjalan lambat," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dilansir dari Reuters 4 April.

"Masyarakat akan meninggal karena tidak mendapatkan pelayanan baik dari Shifa atau karena lambatnya evakuasi, karena tidak bisa dievakuasi," lanjutnya.

Israel mengatakan pihaknya membunuh ratusan pejuang Hamas yang bermarkas di sana. Hamas dan staf medis membantah ada pejuang yang hadir.

"Proses evakuasi harus dipercepat," katanya.

"Kalau tidak, kita akan kehilangan banyak orang. Kita akan kehilangan banyak nyawa," ujarnya memperingatkan.

Hanya 10 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih dapat berfungsi meski hanya sebagian, kata Tedros.

Dia juga mengatakan, WHO sedang berusaha mengunjungi tempat di mana Al Shifa berdiri untuk berbicara dengan staf dan melihat apa yang bisa diselamatkan, namun situasi di lapangan tampak “bencana”.

Sementara itu, Perwakilan WHO untuk Tepi Barat dan Gaza Richard Peeperkorn mengatakan, kehancuran Rumah Sakit Al Shifa akan menyebabkan "ribuan orang kehilangan layanan kesehatan."

Dia mengatakan, para pasien harus dipindahkan ke fasilitas kesehatan lain di wilayah utara Palestina yang dilanda perang, dan sudah kesulitan untuk tetap berfungsi.

"Kita harus menyadari layanan kesehatan yang disediakan di Gaza tidak mencukupi," jelasnya.

"Sistem kesehatan saat ini sedang lemah seperti yang sering kita katakan. Ini tidak cukup. Tidak lengkap," tandasnya.

Diketahui, Al Shifa, rumah sakit terbesar di Jalur Gaza sebelum perang dengan 750 tempat tidur dan banyak ruang operasi, adalah salah satu dari sedikit fasilitas kesehatan yang sebagian beroperasi di utara Gaza sebelum serangan Israel.

Terkait