Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada Hari Minggu, Israel telah menawarkan bahan bakar ke Rumah Sakit Al-Shifa di Jalur Gaza, Palestina, namun para militan menolak menerimanya, sehingga rumah sakit itu menghentikan operasionalnya, saat jumlah korban tewas dan luka di wilayah kantong tersebut terus bertambah.

"Kami menawarkan, tadi malam, untuk memberi mereka bahan bakar yang cukup untuk mengoperasikan rumah sakit, mengoperasikan inkubator dan sebagainya, karena kami (tidak) berperang sama sekali dengan pasien atau warga sipil," jelas PM Netanyahu, melansir Reuters 13 November.

Lebih jauh, PM Netanyahu ditanya oleh NBC News apakah tuduhan Israel bahwa Hamas memiliki pos komando di bawah rumah sakit utama Gaza dapat dibenarkan, karena membahayakan nyawa orang yang sakit dan bayi. Ia pun menuding penolakan terhadap tawaran itu dilakukan Hamas.

"Kami menawarkan bahan bakar kepada Rumah Sakit Shifa, mereka menolaknya," katanya.

“Hamas, (yang) bersembunyi di rumah sakit dan menempatkan diri di sana, tidak menginginkan bahan bakar untuk rumah sakit. Mereka ingin mendapatkan bahan bakar yang akan mereka bawa dari rumah sakit ke terowongan mereka, ke mesin perang mereka," urai PM Netanyahu.

Sementara itu, Hamas membantah tuduhan Israel jika mereka memiliki pos komando di bawah RS Al-Shifa dan rumah sakit Gaza lainnya.

Diberitakan sebelumnya, Rumah sakit terbesar dan kedua di Gaza, Al Shifa dan Al-Quds mengatakan mereka menghentikan operasinya akibat kekurangan pasokan bahan bakar hingga obat-obatan.

Dirjen WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut kondisi yang terjadi sebagai hal yang tragis, di mana itu membuat pasien tidak mendapatkan perawatan yang layak, sementara pasien baru tidak dapat diterima karena keterbatasan tempat, bahan bakar hingga pasokan medis.

Terpisah, pihak berwenang Gaza mengatakan pada Hari Minggu, jumlah korban tewas akibat perang Israel di wilayah kantong Palestina yang terkepung telah mencapai menjadi 11.180 jiwa, mengutip The New Arab.

Sedangkan kantor media pemerintah mengatakan, korban tewas termasuk 4.609 anak-anak dan 3.100 perempuan, sementara 28.200 orang lainnya terluka.

Di sisi lain, otoritas Israel mengatakan sekitar 1.400 orang tewas dan 240 lainnya disandera oleh Hamas dalam penyerangan ke wilayah selatan negara itu pada 7 Oktober lalu.