Bagikan:

JAKARTA - Pemimpin politik kelompok militan Hamas Ismail Haniyeh menegaskan pada Hari Rabu, pihaknya tetap berpegang teguh pada persyaratan gencatan senjata di Gaza, termasuk penarikan militer Israel.

Para pejabat Israel mengunjungi Mesir awal pekan ini dalam upaya baru untuk mencapai kesepakatan. Namun, seorang pejabat Palestina yang dekat dengan upaya mediasi mengatakan belum ada tanda-tanda terobosan.

“Kami berkomitmen terhadap tuntutan kami: gencatan senjata permanen, penarikan musuh secara komprehensif dan menyeluruh dari Jalur Gaza, pemulangan semua pengungsi ke rumah mereka, mengizinkan semua bantuan yang diperlukan bagi rakyat kami di Gaza, membangun kembali Jalur Gaza, mencabut bantuan yang diperlukan bagi rakyat kami di Gaza, membangun kembali Jalur Gaza, dan mencabut blokade dan mencapai kesepakatan pertukaran tahanan yang terhormat,” kata Haniyeh dalam pidato yang disiarkan televisi untuk memperingati Hari Al-Quds, melansir Reuters 4 Maret.

Pertukaran yang dia maksud adalah pembebasan tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel, dengan imbalan sandera Israel yang ditahan oleh militan di Gaza sejak serangan mematikan yang dipimpin Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.

Di sisi lain, Israel mengatakan pihaknya hanya tertarik pada gencatan senjata sementara untuk membebaskan sandera. Hamas mengatakan, pihaknya akan membiarkan mereka pergi hanya sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengakhiri perang secara permanen.

Sebelumnya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, pasukan Israel berencana untuk masuk ke Rafah di ujung selatan Gaza, tempat 1,5 juta orang berlindung.

Di Doha, Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan pada Hari Rabu, negosiasi gencatan senjata di Gaza menemui jalan buntu terutama karena kembalinya para pengungsi ke berbagai wilayah Palestina.

Sebuah sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan, Pemimpin Qatar itu merujuk pada permintaan Hamas agar warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal bebas kembali ke rumah mereka di Gaza utara, setelah diperintahkan Israel untuk dievakuasi pada awal perang yang telah berlangsung hampir enam bulan.

"Hamas ingin masyarakat dapat kembali ke utara. Hal ini sangat besar bagi Hamas dan Israel menyulitkan mereka dalam hal ini. Israel tidak ingin mereka (pengungsi Palestina) memiliki kebebasan bergerak,” kata sumber tersebut, yang tidak ingin disebutkan namanya.

Poin penting lainnya, kata sumber itu, adalah apakah tahanan Palestina yang dijatuhi hukuman seumur hidup akan menjadi bagian dari pembebasan tersebut. Hamas ingin ratusan tahanan yang sudah lama ditahan dibebaskan.

Terpisah, berbicara di Khan Younis, di Jalur Gaza selatan, tempat Israel melakukan salah satu pemboman terberat dalam beberapa minggu terakhir, Kepala Staf militer Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi mengatakan pasukannya akan "menekan lebih keras, sebanyak yang diperlukan" di Gaza. untuk mempengaruhi pembicaraan pembebasan sandera.

"Kami mendesak untuk mencoba memulai gerakan dalam perundingan, untuk mencapai kesepakatan bagi pembebasan para sandera. Ini adalah prioritas utama," tambah Halevi.

Diketahui, dari 253 orang yang ditangkap oleh Hamas selama serangan 7 Oktober yang memicu perang Gaza, 134 orang masih ditahan dan tidak bisa berkomunikasi di wilayah kantong Palestina.