Bagikan:

JAKARTA - Kelompok militan Palestina Hamas dilaporkan menyetujui kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera tiga tahap, yang di dalamnya termasuk penarikan penuh tentara Israel dan pengakhiran blokade Gaza, usulan yang dinilai Israel belum dapat diterima tapi bersedia melanjutkan negosiasi.

Dalam pernyataan singkatnya Hamas mengatakan, pemimpin politik mereka Ismail Haniyeh telah memberi tahu mediator Qatar dan Mesir, kelompok tersebut menerima usulan gencatan senjata mereka, melansir Reuters 7 Mei.

Berdasarkan rincian yang diumumkan sejauh ini oleh para pejabat Hamas dan seorang pejabat yang memberikan penjelasan mengenai perundingan tersebut, kesepakatan yang menurut kelompok Palestina telah disetujui mencakup hal-hal berikut:

Tahap Pertama:

* Periode gencatan senjata 42 hari.

* Hamas membebaskan 33 sandera, dengan Israel membebaskan warga Palestina dari penjara Israel sebagai balasan.

* Israel menarik sebagian pasukannya dari Gaza dan mengizinkan pergerakan bebas warga Palestina dari Gaza selatan ke utara.

Tahap Kedua:

* Periode 42 hari berikutnya yang mencakup kesepakatan untuk memulihkan "ketenangan berkelanjutan" di Gaza, menurut bahasa yang dijelaskan oleh seorang pejabat pada pembicaraan tersebut, mengatakan Hamas dan Israel telah sepakat untuk tidak membahas “gencatan senjata permanen”.

* Penarikan total sebagian besar pasukan Israel dari Gaza.

* Hamas membebaskan tentara cadangan Israel dan beberapa tentara sebagai imbalan Israel membebaskan warga Palestina dari penjara.

Tahap Ketiga:

* Penyelesaian pertukaran badan dan dimulainya pelaksanaan rekonstruksi sesuai rencana yang diawasi oleh Qatar, Mesir dan PBB.

* Mengakhiri blokade total di Jalur Gaza.

Taher Al-Nono, seorang pejabat Hamas dan penasihat Haniyeh mengatakan kepada Reuters, proposal tersebut memenuhi tuntutan kelompok tersebut untuk upaya rekonstruksi di Gaza, pemulangan warga Palestina yang terlantar dan pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.

Sedangkan Wakil ketua Hamas di Gaza Khalil Al-Hayya mengatakan kepada televisi Al Jazeera, proposal tersebut terdiri dari tiga tahap, masing-masing berlangsung selama enam minggu, dengan Israel akan menarik pasukannya keluar dari Gaza pada tahap kedua.

Namun, Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemudian mengatakan usulan gencatan senjata terbaru Hamas tidak memenuhi tuntutan Israel, tetapi mereka akan mengirim delegasi untuk bertemu dengan perunding untuk mencoba mencapai kesepakatan.

Dalam sebuah pernyataan kantor PM Netanyahu menambahkan, kabinet perangnya menyetujui kelanjutan operasi di Rafah.

“Kabinet perang dengan suara bulat memutuskan Israel melanjutkan operasi di Rafah untuk memberikan tekanan militer terhadap Hamas guna mempercepat pembebasan sandera kami dan tujuan perang lainnya,” kata pernyataan itu.

Seorang pejabat Israel, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan bahwa proposal yang diterima Hamas adalah versi yang lebih sederhana dari tawaran Mesir dan mencakup unsur-unsur yang tidak dapat diterima oleh Israel.

“Ini tampaknya merupakan tipu muslihat yang dimaksudkan untuk membuat Israel terlihat seperti pihak yang menolak kesepakatan,” kata pejabat Israel, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya.

Namun seorang pejabat yang mendapat penjelasan mengenai perundingan damai tersebut, yang juga berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan tawaran yang diterima Hamas pada dasarnya sama dengan tawaran yang disetujui Israel pada akhir April.

Amerika Serikat, yang bersama Qatar dan Mesir memainkan peran mediasi dalam perundingan tersebut, mengatakan pihaknya sedang mempelajari tanggapan Hamas dan akan mendiskusikannya dengan sekutu Timur Tengah.