Bagikan:

JAKARTA - Penasihat Kemanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan, pihaknya masih menunggu tanggapan dari kelompok militan Hamas, terkait usulan gencatan senjata yang disampaikan Presiden Joe Biden pekan lalu.

Bersama dengan Amerika Serikat dan Mesir, Qatar telah memediasi gencatan senjata terkait konflik terbaru antara Hamas dengan Israel yang pecah pada 7 Oktober.

"Kami sedang menunggu tanggapan dari Hamas" melalui mediator Qatar, kata Sullivan, melansir Reuters 5 Juni.

Direktur CIA William Burns akan berada di Doha, untuk berkonsultasi dengan mediator Qatar mengenai usulan gencatan senjata Gaza, lanjut Sullivan.

"Bill Burns akan sangat tertarik untuk mendengar secara langsung, secara pribadi, bagaimana sifat dari diskusi-diskusi tersebut dan ke mana arahnya setelah ini," ujar Sullivan, dikutip dari Anadolu.

Sebelumnya, Qatar mengatakan pada Hari Selasa, mereka telah menyampaikan usulan gencatan senjata Israel kepada Hamas yang mencerminkan usulan tiga tahap yang diajukan oleh Presiden Biden, dengan dokumen tersebut sekarang jauh lebih dekat dengan posisi kedua belah pihak.

Presiden Joe Biden pada Hari Jumat memaparkan apa yang ia gambarkan sebagai proposal tiga fase untuk gencatan senjata di Gaza, sebagai imbalan atas pembebasan sandera Israel, dengan mengatakan "sudah saatnya perang ini berakhir" dan memperoleh reaksi awal yang positif dari Hamas.

Fase pertama melibatkan gencatan senjata selama enam minggu, ketika pasukan Israel akan mundur dari "semua wilayah berpenduduk" di Gaza, beberapa sandera - termasuk orang tua dan wanita - akan dibebaskan dengan imbalan ratusan tahanan Palestina, warga sipil Palestina dapat kembali ke rumah mereka di Gaza dan 600 truk sehari akan membawa bantuan kemanusiaan ke daerah kantong yang hancur itu.

Dalam fase ini, Hamas dan Israel akan menegosiasikan gencatan senjata permanen yang menurut Presiden Biden akan berlangsung "selama Hamas memenuhi komitmennya."

Jika negosiasi berlangsung lebih dari enam minggu, gencatan senjata sementara akan diperpanjang, sementara negosiasi berlanjut.

Pada fase kedua, Presiden Biden mengatakan akan ada pertukaran untuk semua sandera yang masih hidup, termasuk tentara pria, sedangkan pasukan Israel akan mundur dari Gaza dan gencatan senjata permanen akan dimulai.

Tahap ketiga akan mencakup rencana rekonstruksi besar untuk Gaza dan pengembalian "sisa-sisa terakhir" para sandera kepada keluarga mereka.

Pejabat senior Hamas Osama Hamdan mengatakan, pihaknya tidak akan menyepakati kesepakatan apa pun, selama Israel tidak memberikan komitmen untuk melakukan gencatan senjata permanen dan penarikan seluruh pasukannya dari Gaza.

Sedangkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menegaskan, tidak akan ada perdamaian permanen kecuali Hamas diberantas, karena ia berjuang melawan perpecahan politik yang mendalam di dalam negeri terkait usulan gencatan senjata yang didukung AS.

Konflik terbaru di Pecah, saat kelompok militan Palestina yang dipimpin Hamas menyerang wilayah selatan Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan 250 lainnya disandera, menurut perhitungan Israel, pada 7 Oktober 20203.

Sebagai respons, Israel melakukan blokade dan bombardir terhadap Gaza. Otoritas medis di Gaza pada Hari Selasa mengonfirmasi 71 warga Palestina tewas dan 182 lainnya luka-luka dalam 24 jam terakhir di wilayah kantong Palestina itu, dikutip dari WAFA.

Penambahan tersebut menjadikan korban tewas warga Palestina mencapai 36.550 jiwa, sedangan korban luka-luka mencapai 82.959 orang.