Presiden Biden Sebut Israel harus Berdamai dengan Palestina untuk Bertahan Hidup
Operasi darat militer Israel di Gaza. (Sumber: Israel Defense Forces)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan pada Senin malam, Israel harus berdamai dengan Palestina agar bisa bertahan hidup, seraya memperingatkan "pemerintahannya yang sangat konservatif" akan merugikan dukungan internasional.

Presiden Biden juga memberi isyarat bahwa gencatan senjata sementara di Gaza akan segera terjadi, dengan mengatakan Israel telah setuju untuk menghentikan serangannya selama Bulan Suci Ramadan jika kesepakatan tercapai, untuk membebaskan beberapa sandera yang ditahan oleh Hamas.

"Satu-satunya cara agar Israel dapat bertahan inilah kesepakatannya, mereka juga harus memanfaatkan kesempatan untuk menciptakan perdamaian dan keamanan bagi warga Israel dan Palestina yang dijadikan pion oleh Hamas," ujarnya, melansir The Times of Israel 28 Februari.

Gencatan senjata sementara memberi waktu untuk mulai bergerak ke arah yang siap diambil oleh banyak negara Arab dalam hal normalisasi hubungan dengan Israel, katanya.

"Misalnya, Arab Saudi siap mengakui Israel," katanya, merujuk pada keinginan Riyadh untuk menjalin hubungan dengan Israel jika negara tersebut berkomitmen pada langkah nyata menuju solusi dua negara.

"Saya pikir jika kita melakukan gencatan senjata sementara, kita akan mampu bergerak ke arah di mana kita dapat mengubah dinamika," tambahnya.

Di tengah meningkatnya ketegangan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Presiden Biden mengatakan jika Israel terus mempertahankan "pemerintahan yang sangat konservatif seperti yang mereka miliki, dengan (Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar) Ben Gvir dan lainnya, mereka akan kehilangan dukungan dari seluruh dunia."

Sebelumnya, Presiden Biden telah berulang kali berbicara tentang kesulitan diplomatik yang ditimbulkan oleh masuknya partai-partai ultranasionalis ke dalam pemerintahan Israel.

Sebagai tanggapan, PM Netanyahu mengeluarkan video dalam bahasa Ibrani pada Selasa malam, dengan alasan ada dukungan luas di AS terhadap Pemerintah Israel.

"Sejak awal perang, saya telah memimpin kampanye diplomatik yang tujuannya adalah untuk menggagalkan tekanan untuk mengakhiri perang sebelum waktunya, dan pada saat yang sama juga untuk mendapatkan dukungan bagi Israel," kata PM Netanyahu.

"Kami mencapai keberhasilan yang signifikan dalam bidang ini," lanjutnya merujuk pada jajak pendapat Harvard Harris yang diterbitkan Hari Senin, di mana 82 persen warga AS mendukung Israel dalam perang melawan Hamas.

"Ini memberi kami sumber kekuatan lain untuk melanjutkan perang melawan Hamas hingga kemenangan total," PM Netanyahu menyimpulkan.

Kendati demikian, baik Israel maupun Hamas pada hari Selasa meremehkan gagasan terobosan dalam perjanjian Gaza akan segera terjadi, setelah Presiden Biden menyatakan optimisme bahwa perjanjian dapat siap “pada akhir akhir pekan.”

Diketahui, perwakilan dari Mesir, Qatar, Amerika Serikat, Perancis dan negara-negara lain telah bertindak sebagai perantara bagi Israel dan Hamas, mengupayakan penghentian pertempuran dan pembebasan sandera Israel yang ditahan di Gaza.

"Ada jalan ke depan, meski ada kesulitan," ungkap Presiden Biden ketika ditanya tentang bagaimana mengakhiri konflik.

Para mediator berharap untuk mencapai kesepakatan sebelum dimulainya Bulan Suci Ramadan yang akan datanf sekitar dua minggu lagi.

"Ramadan akan segera tiba dan sudah ada kesepakatan dari pihak Israel bahwa mereka juga tidak akan melakukan aktivitas selama Ramadan, untuk memberi kami waktu untuk mengeluarkan semua sandera," tandasnya.

Diketahui, komentar Presiden Biden muncul setelah Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan pada Hari Minggu, perwakilan dari beberapa pihak bertemu di Paris pada akhir pekan dan mencapai pemahaman tentang "kontur dasar" gencatan senjata sementara.