JAKARTA - Otoritas Nepal mengumumkan persyaratan baru, seluruh calon pendaki harus menyewa dan menggunakan chip pelacak selama pendakian, jelang musim baru pendakian Gunung Everest 2024.
"Perusahaan-perusahaan terkenal sudah menggunakannya, tetapi sekarang sudah diwajibkan bagi semua pendaki," kata Direktur Departemen Pariwisata Nepal Rakesh Gurung kepada CNN, seperti dilansir 20 Maret.
"Ini akan mempersingkat waktu pencarian dan penyelamatan jika terjadi kecelakaan," lanjutnya.
Lebih jauh di menjelaskan, nantinya para pendaki akan membayar 10-15 dolar AS (Rp158.141-Rp237.212) untuk masing-masing chip tersebut.
Nantinya, chip tersebut dijahit ke dalam jaket pendaki. Setelah pendaki turun, chip itu akan diambil kembali, untuk digunakan pendaki berikutnya.
Lebih jauh, Chip pelacak itu menggunakan sistem penentuan posisi global (GPS) untuk berbagi informasi dengan satelit.
Gurung menambahkan, chip tersebut diproduksi di "negara Eropa" tetapi tidak merinci di mana atau oleh perusahaan mana.
Diketahui, mayoritas orang yang mencoba mendaki Gunung Everest setinggi 8.849 meter (29.032 kaki) melakukannya melalui Nepal, dengan membayar 11.000 dolar AS per orang hanya untuk izin pendakian. Ditambah dengan harga peralatan, makanan, oksigen tambahan, pemandu Sherpa dan banyak lagi, dibutuhkan biaya lebih dari $35.000 untuk mendaki gunung per orang.
Delapan dari sepuluh puncak tertinggi di dunia berada di Nepal, dan negara ini memperoleh pendapatan pariwisata yang signifikan dari pendakian gunung.
Diperlukan waktu hingga dua bulan untuk menyelesaikan pendakian Gunung Everest. Cuacanya cocok untuk melakukan pendakian pada waktu yang sangat singkat, biasanya pada pertengahan Bulan Mei.
Tahun lalu, Nepal mencatat rekor dengan menerbitkan 478 izin pendakian. Dua belas pendaki dipastikan tewas di gunung tersebut, sementara lima lainnya secara resmi masih hilang.
BACA JUGA:
Diketahui, penyelamatan di "atap dunia" sangatlah berisiko, bahkan dalam kondisi terbaik sekalipun.
Pada tahun 2023, Gelje Sherpa yang berusia 30 tahun melewatkan kesempatannya sendiri untuk mencapai puncak demi melakukan penyelamatan berani terhadap seorang pendaki Malaysia di "zona kematian" Everest.
"Hampir mustahil menyelamatkan pendaki di ketinggian tersebut," kata pejabat Departemen Pariwisata Bigyan Koirala kepada Reuters saat itu.