Pesawat Tara Air yang Hilang Kontak Jatuh di Dekat Perbatasan Nepal dan China, Jenazah 14 dari 22 Penumpang Ditemukan
Ilustrasi pesawat De Havilland Canada DHC-6 Twin Otter Tara Air di Nepal. (Wikimedia Commons/Bigforrap)

Bagikan:

JAKARTA - Petugas penyelamat Nepal berhasil menemukan pesawat Tara Air yang membawa 22 penumpang dan sempat hilang kontak kemarin, jatuh di ketinggian 14.000 kaki, dengan sekita 14 jenazah berhasil ditemukan.

Pesawat itu diduga jatuh saat cuaca mendung pada Minggu dan terlihat oleh tentara Nepal pada Senin pagi, setelah operasi pencarian yang dihentikan semalam dilanjutkan kembali.

"Sangat kecil kemungkinan untuk menemukan korban selamat," kata Deo Chandra Lal Karna, juru bicara Otoritas Penerbangan Sipil Nepal, melansir Reuters 30 Mei.

Sementara itu, Tek Raj Sitaula, juru bicara Bandara Internasional Tribhuvan di ibu kota Nepal, Kathmandu, mengatakan sejauh ini jenazah 14 orang telah ditemukan oleh tim penyelamat.

"Pencarian orang lain terus berlanjut," kata Sitaula kepada Reuters.

Diketahui, pesawat jenis De Havilland Canada DHC-6-300 Twin Otter lepas landas dari kota wisata Pokhara, 125 km (80 mil) barat Kathmandu, pada Minggu pagi. Tujuannya adalah Jomsom, situs wisata dan ziarah populer yang terletak sekitar 80 km (50 mil) barat laut Pokhara.

Biasanya, penerbangan hanya berlangsung 20 menit. Namun, pesawat yang mengangkut empat orang India, dua Jerman dan 16 Nepal di dalamnya, kehilangan kontak dengan menara kontrol Pokhara lima menit sebelum mendarat, kata pejabat maskapai.

Lokasi kecelakaan berada di wilayah di mana Gunung Dhaulagiri, puncak tertinggi ketujuh di dunia pada 8.167 meter (26.795 kaki) berada, di dekat perbatasan Nepal dengan China.

Tentara dari otoritas Nepal dan petugas penyelamat lainnya beroperasi di daerah pegunungan yang sulit di ketinggian sekitar 14.500 kaki dengan awan tebal, sebut para pejabat.

Netra Prasad Sharma, birokrat paling senior di Distrik Mustang, tempat kecelakaan itu terjadi, mengatakan kondisi cuaca masih menantang.

"Ada awan yang sangat tebal di daerah itu. Pencarian mayat sedang berlangsung," sebutnya melalui telepon.

Sementara itu, situs pelacak penerbangan Flightradar24 mengatakan, pesawat dengan nomor registrasi 9N-AET, melakukan penerbangan pertamanya pada April 1979.

Diketahui, Nepal, rumah bagi delapan dari 14 gunung tertinggi di dunia, termasuk Everest, memiliki rekor kecelakaan udara. Cuacanya dapat berubah secara tiba-tiba dan landasan terbang biasanya terletak di daerah pegunungan yang sulit dijangkau.

Pada awal tahun 2018, penerbangan US-Bangla Airlines dari Dhaka ke Kathmandu jatuh saat mendarat dan terbakar, menewaskan 51 dari 71 orang di dalamnya.