Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengatakan pada Hari Kamis, dia yakin perundingan di Qatar masih dapat mencapai kesepakatan gencatan senjata konflik di Gaza antara Hamas dan Israel, kendati masih ada tantangan nyata.

Di Kairo, Mesir, Menlu Blinken bertemu dengan sejumlah menteri luar negeri neagra Arab dan Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi, ketika pembicaraan di Qatar berpusat pada gencatan senjata sekitar enam minggu yang akan memungkinkan pembebasan 40 sandera Israel, dengan imbalan ratusan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

"Para negosiator terus bekerja. Kesenjangan semakin menyempit, dan kami terus mendorong tercapainya kesepakatan di Doha. Masih ada pekerjaan yang sulit untuk mencapainya. Namun saya tetap yakin bahwa hal itu mungkin terjadi," ujar Menlu Blinken, melansir Reuters 22 Maret.

"Kami telah menutup kesenjangan, namun masih ada tantangan nyata. Jadi saya tidak bisa menentukan batas waktunya. Saya hanya bisa mengatakan bahwa kami berkomitmen untuk melakukan segala kemungkinan untuk mencapai kesepakatan," terangnya.

Poin utama dalam perundingan gencatan senjata adalah, Hamas mengatakan pihaknya akan membebaskan sandera hanya sebagai bagian dari kesepakatan yang akan mengakhiri perang. Sementara Israel mengatakan pihaknya hanya akan membahas jeda sementara.

"Kami telah bekerja, seperti yang Anda ketahui, dengan Mesir, dengan Qatar dan dengan Israel untuk mengajukan proposal yang kuat di atas meja. Hamas menanggapi hal tersebut," terang Menlu Blinken, dikutip dari CNN.

"Tim-tim bekerja setiap hari untuk hal ini," katanya.

"Masih ada tantangan-tantangan yang nyata. Kami telah menutup celah-celah yang ada, namun masih ada celah-celah," tandasnya.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan ia dan Menlu Blinken sepakat untuk merencanakan "langkah-langkah konkret" untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza.

Menlu Shoukry menyatakan, Washington dan Kairo memiliki kesamaan sikap dalam hal "penolakan total terhadap operasi militer di Rafah."

Dia menambahkan, Mesir akan melakukan "apa pun yang memungkinkan, apa pun yang diperlukan untuk memfasilitasi penghentian permusuhan dan penghentian aktivitas militer."