Tegaskan Rusia Tidak akan Ikut Campur Pilpres AS, Kremlin: Kami Tidak Mendikte Siapa Pun
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. (Wikimedia Commons/Пресс-служба Президента России)

Bagikan:

JAKARTA - Kremlin pada Hari Rabu mengatakan Rusia tidak akan ikut campur dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada Bulan November, menolak temuan yang menyebutkan Moskow mengatur kampanye untuk mempengaruhi Pilpres AS pada tahun 2016 dan 2020.

"Kami tidak pernah ikut campur dalam Pemilu di Amerika Serikat," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, dilansir dari Reuters 7 Maret.

"Dan kali ini, kami tidak bermaksud ikut campur, Kami tidak mendikte siapa pun bagaimana cara hidup, tapi kami juga tidak ingin orang lain mendikte kami," lanjutnya.

Lebih jauh Peskov mengatakan, segala upaya dari luar negeri untuk ikut campur dalam pemilihan presiden Rusia akhir bulan ini akan dicegah.

Rusia, katanya, tidak peduli dengan kritik Barat terhadap pemungutan suara yang dikatakan pasti akan dimenangkan oleh petahana Putin, jika tidak terjadi perkembangan yang tidak terduga.

Diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin telah melontarkan serangkaian pernyataan ironis mengenai Pemilu AS, mengatakan ia lebih menyukai Joe Biden sebagai Presiden AS dalam Pilpres berikutnya dibandingkan Donald Trump.

Terpisah, sebuah laporan tahun 2019 yang ditulis oleh Penasihat Khusus AS Robert S. Mueller, menemukan Rusia telah "mengintervensi Pemilu Presiden tahun 2016 secara menyeluruh dan sistematis" sementara intelijen AS yakin Rusia ikut campur dalam Pemilu tahun 2020.

Pada tahun 2021, Kantor Direktur Intelijen Nasional merilis sebuah laporan yang mengatakan, Presiden Putin telah mengizinkan serangkaian operasi pengaruh yang bertujuan untuk merendahkan pencalonan Joe Biden dan mendukung Donald Trump sambil merusak kepercayaan publik.

Amerika Serikat tahun lalu merilis penilaian intelijen AS yang menemukan Moskow menggunakan mata-mata, media sosial dan media milik pemerintah Rusia untuk mengikis kepercayaan publik terhadap integritas Pemilu demokratis di seluruh dunia.

Perang di Ukraina telah memicu krisis terdalam dalam hubungan Rusia dengan Barat sejak Krisis Rudal Kuba tahun 1962. Presiden Putin memperingatkan Barat berisiko memicu perang nuklir jika negara tersebut mengirim pasukan untuk berperang di Ukraina.

Peskov, juru bicara Presiden Putin sejak 2008, mengatakan hubungan dengan AS mungkin tidak pernah seburuk ini. Namun, dia mengatakan Rusia tidak melihat Negeri Paman Sam sebagai musuh, mengatakan dua kekuatan nuklir terbesar di dunia mempunyai tanggung jawab khusus untuk menjamin keamanan strategis global.

Hubungan "mungkin tidak pernah seburuk ini. Amerika sedang 'berperang' melawan kita," kata Peskov.

Ketika ditanya bagaimana masa depan Rusia, Peskov mengatakan hal itu tidak akan mudah karena lempeng tektonik geopolitik sedang bergeser. Namun Rusia, katanya, akan tetap terbuka terhadap dunia.