JAKARTA - Presiden Vladimir Putin mengatakan dirinya mendukung Kamala Harris untuk memenangkan Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2024 yang akan digelar November mendatang, mengatakan pesaingnya Donald Trump memberlakukan banyak pembatasan dan sanksi terhadap Rusia.
Itu dikatakan Presiden Putin saat menghadiri Forum Ekonomi Timur Rusia yang digelar di Vladivostok Hari Kamis, sehari setelah Departemen Kehakiman AS mendakwa dua eksekutif media Rusia atas dugaan skema ilegal untuk memengaruhi pemilihan November dengan propaganda pro-Rusia.
"Saya sudah bilang, favorit kami, jika boleh saya katakan, adalah presiden saat ini, Biden," kata Presiden Putin, dikutip dari NBC News 5 September.
"Dia telah keluar dari pemilihan, tetapi dia menyarankan semua pendukungnya untuk mendukung Ibu Harris. Jadi kami akan melakukannya juga, kami akan mendukungnya," katanya, disambut tepuk tangan meriah dari para hadirin.
"Kedua, dia memiliki tawa yang ekspresif dan menular sehingga itu berarti dia baik-baik saja," lanjut Presiden Putin, berbicara tentang Harris.
"Dan jika dia baik-baik saja, maka, Trump memberlakukan begitu banyak pembatasan dan sanksi terhadap Rusia, tidak seperti yang pernah dilakukan oleh presiden sebelumnya. Dan jika Harris baik-baik saja, mungkin dia akan menahan diri untuk tidak melakukan hal seperti itu," katanya.
Sebelum Presiden Joe Biden mengundurkan diri dari kontestasi Pilpres as, Presiden Putin Februari lalu mengatakan, Ia lebih memilih Presiden Biden daripada Trump, lantaran politisi Partai Demokrat itu "old school" yang lebih mudah ditebak, dikutip dari Reuters.
Badan intelijen AS yakin Moskow sebenarnya ingin Trump menang, karena ia kurang berkomitmen untuk mendukung Ukraina dalam perang melawan Rusia.
BACA JUGA:
"Pada akhirnya, pilihan ada di tangan rakyat Amerika, dan kami akan menghormati pilihan itu," pemimpin Kremlin itu menyimpulkan.
Sebelumnya, intelijen AS telah menetapkan, Rusia menjalankan kampanye disinformasi untuk meningkatkan kampanye Trump melawan Hillary Clinton dalam pemilihan 2016 dan berusaha untuk melemahkan kampanye Clinton.
Kremlin sendiri telah berulang kali membantah ikut campur dalam Pemilu Negeri Paman Sam.