Bagikan:

JAKARTA - PT United Tractors Tbk. (UT) mengumumkan bahwa perseroan berhasil menghimpun laba bersih sebesar Rp6 triliun pada sepanjang 2020. Meskipun demikian, torehan tersebut menurun 47 persen dibandingkan dengan periode 2019 yang tercatat sebesar Rp11,3 triliun.

Mengutip siaran pers UT tengah pekan ini, perusahaan yang fokus pada penyediaan alat berat itu menyebut pandemi COVID-19 telah membawa pengaruh yang cukup signifikan terhadap kinerja perusahaan.

“Penurunan harga batu bara di era pandemi telah mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan,” ujar emiten dengan kode saham (UNTR).

Lebih lanjut, pendapatan bersih disebutkan senilai Rp60,3 triliun atau turun sebesar 29 persen dari sebelumnya Rp84,4 triliun pada 2019.

Masing-masing segmen usaha, yaitu, mesin konstruksi, kontraktor penambangan, pertambangan batu bara, pertambangan emas dan industri konstruksi secara berturut-turut memberikan kontribusi sebesar 22 persen, 48 persen, 16 persen, 12 persen dan 2 persen terhadap total pendapatan bersih konsolidasian.

Secara terperinci, berikut enam ulasan bisnis utama perseroan yang dilakukan United Tractors:

Mesin Konstruksi

Segmen ini mencatat penurunan penjualan alat berat Komatsu sebesar 47 persen menjadi 1.564 unit, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 2.926 unit. Turunnya harga komoditas dan penurunan aktivitas di semua sektor pengguna alat berat berdampak pada penurunan permintaan alat berat.

Penjualan UD Trucks mengalami penurunan dari 420 unit menjadi 224 unit serta penjualan produk Scania turun dari 432 unit menjadi 217 unit. Secara total, pendapatan bersih dari segmen usaha Mesin Konstruksi turun 41 persen menjadi sebesar Rp13,4 triliun dibandingkan Rp22,6 triliun pada 2019.

Kontraktor Penambangan

Segmen usaha ini dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Pada 2020, kontraktor penambangan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp29,2 triliun atau turun 26 persen dari Rp39,3 triliun pada 2019.

Pertambangan Batu Bara

Segmen usaha pertambangan batubara dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA). Sampai dengan  Desember 2020 total penjualan batubara mencapai 9,3 juta ton, termasuk di dalamnya 1,9 juta ton batubara kokas, atau meningkat 9 persen apabila dibandingkan dengan 2019 sebesar 8,5 juta ton.

Namun demikian, pendapatan segmen usaha pertambangan batubara turun 11 persen menjadi Rp9,5 triliun dikarenakan penurunan rata-rata harga jual batubara.

Pertambangan Emas

Segmen ini terpusat di area operasi tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Pada 2020, total penjualan setara emas dari Martabe mencapai 320 ribu ons atau turun 22 persen dibandingkan dengan tahun lalu sebanyak 410 ribu ons.

Segmen usaha Pertambangan Emas membukukan pendapatan bersih sebesar Rp7,0 triliun atau turun 12 persen dari Rp7,9 triliun.

Industri Konstruksi

Segmen usaha industri konstruksi dijalankan oleh PT Acset Indonusa Tbk (ACSET). Pada 2020, industri konstruksi membukukan pendapatan bersih sebesar Rp1,2 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp3,9 triliun pada 2019.

Uniknya, ACSET membukukan rugi bersih sebesar Rp1,3 triliun yang disebabkan oleh perlambatan pekerjaan beberapa proyek yang sedang berlangsung dan berkurangnya peluang memperoleh kontrak baru akibat dampak pandemi COVID-19.

Energi

PT Bhumi Jati Power (BJP) yang 25 persen sahamnya dimiliki oleh anak perusahaan perseroan saat ini sedang membangun pembangkit listrik tenaga uap berkapasitas 2x1.000 MW di Jepara, Jawa Tengah.

Hingga Desember 2020, progres pembangunan konstruksi proyek ini telah mencapai 97 persen. BJP merupakan perusahaan patungan bersama antara anak usaha Perseroan, Sumitomo Corporation dan Kansai Electric Power Co Inc.