Bisnis Tambang Makin Kinclong, Bank Mandiri Optimistis Kredit Korporasi Melejit
Bank Mandiri (Foto: Istimewa)

Bagikan:

JAKARTA – PT Bank Mandiri Tbk. optimistis kredit sektor korporasi, utamanya pertambangan, bakal kembali bergeliat pada tahun ini. Hal tersebut ditunjukan dengan peningkatan penjualan alat berat domestik yang tumbuh signifikan pada periode Februari 2021.

“Ini membuka peluang untuk peningkatan penjualan yang lebih baik pada sepanjang tahun,” sebut bank dengan kode saham BMR itu dalam rilisnya, Kamis, 1 April.

Mengacu pada data salah satu peritel besar United Tractors (UT), penjualan alat berat domestik pada Februari 2021 mencapai 914 unit. Angka tersebut tumbuh 53,3 persen secara tahunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Selain itu secara month-to-month (m-o-m), realisasi pertumbuhan Februari 2021 juga lebih baik dari Januari 2021 yang sebesar 32,4 persen.

Lebih lanjut, dari empat kategori penjualan menurut sektor, tercatat dua sektor mengalami kenaikan yakni sektor pertambangan dan konstruksi.

Sementara dua sektor lain yakni pertanian dan kehutanan mengalami kontraksi. Sektor pertambangan yang memiliki share terbesar penjualan alat berat UT (34,9 persen pada 2020) tercatat mengalami pertumbuhan 8,9 persen year-on-year (y-o-y) pada Februari 2021.

Capaian tersebut meningkat dari pertumbuhan Januari 2021 yang sebesar 7,8 persen y-o-y.

“Kami memperkirakan penjualan alat berat domestik akan mencapai 6.123 unit pada 2021, atau tumbuh sebesar 5,9 persen. Hal ini sejalan dengan meredanya dampak pandemi COVID-19 yang mendorong kinerja perekonomian,” kata Bank Mandiri.

Berdasarkan informasi yang dihimpun redaksi, kredit korporasi bank berpelat merah itu meningkat 3 basis poin pada dua bulan pertama 2021 dari posisi penutupan akhir tahun lalu menjadi Rp492 triliun.

Dari sisi capaian kinerja pada 2020, BMRI diketahui membukukan laba bersih konsolidasi Rp17,1 triliun. Meski menghasilkan cuan yang tergolong besar, namun torehan itu menurun sekitar 38 persen dari periode 2019 yang tercatat memiliki laba Rp27,5 triliun.

Faktor pandemi ditengarai menjadi penyebab anjloknya pencapaian kinerja lembaga keuangan itu pada tahun lalu yang berimbas pada penurunan laju ekspansi kredit perbankan.