Bagikan:

JAKARTA - Membangun kembali perekonomian Ukraina setelah invasi Rusia hampir dua tahun lalu diperkirakan akan menelan biaya 486 miliar dolar AS (Rp7.591.101.300.000.001), sekitar 2,8 kali lipat output ekonomi yang diharapkan pada tahun 2023, menurut temuan studi baru yang dilakukan oleh Bank Dunia, PBB, Komisi Eropa dan Pemerintah Ukraina.

Perkiraan yang dikeluarkan pada Hari Kamis ini mencakup periode sejak invasi Rusia pada 24 Februari 2022 hingga 31 Desember 2023, menghitung kerusakan fisik langsung terhadap bangunan dan infrastruktur lainnya, dampaknya terhadap kehidupan dan mata pencaharian masyarakat, serta biaya untuk "membangun kembali," kata Bank Dunia.

Perkiraan biaya 10 tahun tersebut naik dari 411 miliar dolar AS pada Bulan Maret lalu, dengan kebutuhan perumahan menduduki peringkat teratas sebesar 80 miliar dolar AS miliar atau 17 persen, diikuti oleh kebutuhan transportasi sebesar 74 miliar dolar AS atau 15 persen, serta perdagangan dan industri sebesar 67,5 miliar dolar AS atau sekitar 14 persen.

"Dana sebesar 486 miliar dolar AS tersebut merupakan jumlah yang sangat besar, dan tentu saja, ini mencerminkan kebutuhan nyata," kata Arup Banerji, direktur regional Bank Dunia untuk Eropa Timur mencatat tingginya tingkat kerusakan yang terlihat pada bulan-bulan pertama krisis ini, melansir Reuters 15 Februari.

Laporan tersebut mengatakan kerugian langsung akibat perang telah mencapai hampir 152 miliar dolar AS, dengan kerugian terkonsentrasi di wilayah seperti Donetsk, Kharkiv, Luhansk, Zaporizhzhia, Kherson dan Kyiv. Gangguan terhadap perekonomian dan perdagangan, serta biaya lain yang terkait dengan perang, seperti pembersihan puing-puing, kemungkinan akan menambah $499 miliar, katanya.

Perkiraan baru ini tidak memperhitungkan kebutuhan rekonstruksi yang telah dipenuhi melalui anggaran negara Ukraina atau melalui mitra dan dukungan internasional.

Kerugian yang dipetakan sangat mengejutkan, dengan sekitar 2 juta unit rumah, sekitar 10 persen dari total persediaan perumahan di Ukraina, rusak atau hancur, serta jalan raya, jalan raya dan jalan nasional lainnya sepanjang 8.400 km (5.220 mil), dan hampir 300 jembatan.

Laporan tersebut mengatakan Ukraina membutuhkan sekitar 15 miliar dolar AS untuk membiayai prioritas perbaikan, pemulihan, dan rekonstruksi yang paling mendesak pada tahun 2024, dan sekitar 5,5 miliar dolar AS telah dipenuhi melalui anggaran negara dan dukungan donor.

"Karena sudah jelas bahwa perang akan berlangsung lebih lama dari yang kita bayangkan atau takuti, masyrakat Ukraina sendiri mengatakan kita perlu melakukan reformasi agar perekonomian kita tumbuh, untuk menarik investasi sektor swasta, untuk meningkatkan penerimaan pajak kita," ujarnya.

"Ukraina mulai mengambil lebih banyak kepemilikan atas masa depannya sendiri," tandasnya.