Jika Jokowi-Prabowo Maju di Pilpres 2024, Dipastikan Lawan Kotak Kosong
Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Foto: Instagram @prabowo)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan Pilpres 2024 bisa saja diisi dengan pasangan calon tunggal. Hal ini mungkin terjadi jika Joko Widodo dan Prabowo Subianto dipasangkan dan maju dalam kontestasi lima tahunan tersebut.

Jika keduanya maju sebagai pasangan calon, maka yang akan terjadi adalah mereka bakal melawan kotak kosong.

"Kalau skenario yang abnormal, Jokowi berpasangan dengan Prabowo dan cuma jadi satu pasangan (mereka, red) berhadapan dengan kotak kosong," kata Qodari dalam acara diskusi daring yang ditayangkan di Transvision Official seperti dikutip Kamis, 25 Januari.

Menurutnya, hal ini mungkin terjadi karena dipastikan semua partai yang ada di parlemen akan mendukung pasangan tersebut. "Semua partai politik berdiri di belakang Jokowi dan Prabowo," jelasnya.

"Emang mungkin, pasti mungkin. Jangan dibantah karena semua partai sekarang masuk kabinet kecuali PKS dan Demokrat," imbuh Qodari.

Kalaupun PKS dan Demokrat bakal memajukan pasangan untuk melawan, tentu hal ini tidak bisa. Karena kursi keduanya di parlemen tak cukup memenuhi ambang batas mengajukan calon presiden.

Dengan demikian, kata Qodari, sangat bisa dipastikan Jokowi-Prabowo melawan kotak kosong dan mejadi pasangan calon yang tak terkalahkan. 

"PKS digabung dengan Demokrat, kursinya tidak sampai 20 persen. Bisa dicatat ini. Paslon 2024 cuma satu pasangan Jokowi-Prabowo. Dan itu seng ada (tidak ada, red) lawan. Itu skenario abnormal ya," jelasnya

Lebih lanjut dia juga mengatakan, jika pasangan Jokowi-Prabowo ini benar muncul di Pilpres 2024 maka tidak ada lagi dua kubu seperti Pilpres 2019 atau 2014. Sebab, keduanya sama-sama nasionalis.

Namun, skenario Pilpres ini bukan hanya diisi kemungkinan pasangan Jokowi-Prabowo saja. Dia menilai, ada peluang besar pasangan calon dari Partai Gerindra dan PDI Perjuangan yang kini sudah semakin mesra.

Sementara untuk lawannya, nanti bisa saja orang-orang yang dianggap representatif dari kelompok agama seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Skenario lainnya, bisa saja jika PDIP mengajukan pasangan calon sendiri. Hal ini sangat memungkinkan, mengingat jumlah kursi partai berlambang banteng ini lebih dari 20 persen. 

Sementara Gerindra bisa saja menggandeng partai lain, dengan tetap menampilkan Prabowo sebagai calon presiden. Menurut Qodari, Gerindra hanya perlu menggandeng partai politik dengan perolehan suara menengah agar bisa memajukan calon pasangan di Pilpres 2024 seperti PAN atau PKS.

"Semua skenario itu harus kita lihat dari sekarang supaya kita bersiap-siap dengan segala kemungkinan," pungkasnya.