JAKARTA - Sekretaris Jenderal PBB mengingatkan konsekuensi jika Israel memperluas kampanye militernya di Gaza ke Kota Rafah, sementara salah satu jenderal senior negara itu mengatakan perintah bergerak belum diperintahkan.
Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan adanya konsekuensi regional yang tidak terbayangkan, jika Israel memaksakan memperluas operasi darat militernya di Gaza ke Rafah,
"Saya sangat khawatir dengan laporan bahwa militer Israel bermaksud untuk fokus pada Rafah, tempat ratusan ribu warga Palestina terhimpit dalam upaya putus asa untuk mencari keselamatan," kata Sekjen PBB, melansir The Times of Israel 7 Februari.
"Tindakan seperti itu akan secara eksponensial meningkatkan apa yang sudah ada, sebuah mimpi buruk kemanusiaan dengan konsekuensi regional yang tak terhitung," tandasnya.
PBB sebelumnya menyebut situasi di Rafah sebagai "penyebab keputusasaan."
Dikatakan, serangan di Rafah dapat mendorong warga Palestina pindah ke Mesir, merusak perjanjian damai Israel dengan negara tersebut dan membuat marah Amerika Serikat.
Hal ini mungkin juga akan menggagalkan perundingan yang berjalan lambat dengan Hamas dan mempersulit upaya pembebasan 132 warga Israel yang masih disandera di Jalur Gaza sejak 7 Oktober.
Terpisah, komandan tertinggi yang bertanggung jawab atas operasi militer Israel di Gaza selatan mengatakan, belum ada rencana untuk meminimalkan kematian warga sipil di Rafah, seiring meningkatnya kekhawatiran serangan Israel di wilayah yang sekarang menjadi kota terpadat di wilayah tersebut dapat mengakibatkan korban massal.
Brigjen Dan Goldfuss, yang mengawasi Divisi ke-98 Pasukan Pertahanan Israel mengatakan pada Hari Minggu, dia akan menyusun rencana seperti itu "jika dan ketika" dia menerima perintah untuk menggerakkan pasukannya ke wilayah tersebut, dan pada Hari Minggu, perintah tersebut belum dikeluarkan.
Seorang juru bicara IDF mengatakan kepada CNN, hingga Hari Rabu, informasi tersebut masih akurat – perintah untuk pindah ke Rafah belum dikeluarkan.
BACA JUGA:
Ketika IDF melanjutkan operasi daratnya dari utara, mereka secara konsisten menginstruksikan warga sipil di seluruh Jalur Gaza untuk mengungsi ke selatan. Pertama ke Khan Younis dan kemudian ke Rafah, sehingga menciptakan apa yang mereka sebut sebagai "zona yang lebih aman."
Pekan lalu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berjanji bahwa IDF akan pindah ke Rafah.
Diketahui, Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB memperkirakan 1,3 juta orang telah mengungsi ke Rafah. Namun tidak ada tempat untuk pergi dari Rafah, sebuah kota yang terletak tepat di perbatasan selatan Gaza dengan Mesir, yang tertutup bagi pengungsi.