Bagikan:

JAKARTA - Kepala Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pada Hari Senin mengatakan, jumlah warga sipil yang terbunuh di Gaza meningkat pesat, ketika Israel melanjutkan pemboman dan operasi darat.

"Dimulainya kembali operasi militer dan perluasannya lebih lanjut di Gaza selatan, mengulangi kengerian yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir," kata Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini dalam sebuah pernyataan, melansir CNN 5 Desember.

"Jumlah warga sipil yang terbunuh meningkat pesat. Warga sipil, termasuk laki-laki, perempuan, anak-anak, orang lanjut usia, orang sakit, dan penyandang disabilitas adalah yang paling menderita," urainya.

Lebih jauh dikatakan olehnya, perintah evakuasi untuk memindahkan warga sipil dari Khan Younis ke Rafah di Gaza selatan akibat pemboman yang sedang berlangsung, "menciptakan kepanikan, ketakutan dan kecemasan.'

Lazzarini mengatakan, setidaknya 60.000 orang terpaksa pindah ke “tempat penampungan UNRWA yang sudah penuh sesak, dan lebih banyak lagi yang meminta untuk dilindungi. Banyak yang telah mengungsi lebih dari satu kali untuk melarikan diri dari perang di wilayah lain di Gaza.”

UNRWA saat ini menampung lebih dari 1,2 juta orang di tempat penampungan, termasuk di Gaza selatan, menurut badan tersebut.

"Perintah evakuasi mendorong masyarakat untuk berkonsentrasi di wilayah yang luasnya kurang dari sepertiga Jalur Gaza. Mereka membutuhkan segalanya: makanan, air, tempat tinggal, dan sebagian besar keselamatan. Jalan-jalan ke selatan tersumbat," papar Lazzarini, seraya mencatat bahwa akses ke air terbatas di Gaza.

Lazzarini membantah klaim bahwa PBB berencana membuka kamp pengungsi baru di Rafah.

"Klaim bahwa PBB memiliki ribuan tenda dan rencana membuka kamp pengungsi baru di Rafah adalah salah," tegasnya.

Pejabat PBB tersebut juga mengatakan bahwa seluruh wilayah kantong Palestina kini tidak lagi aman.

"Kami telah mengatakannya berulang kali. Kami mengatakannya lagi. Tidak ada tempat yang aman di Gaza, baik di selatan, atau barat daya, baik di Rafah atau di 'zona aman' yang secara sepihak disebut 'zona aman'."

UNRWA menegaskan kembali seruannya untuk gencatan senjata kemanusiaan, agar Israel membuka kembali penyeberangan perbatasan Kerem Shalom dan penyeberangan lainnya untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan.

Mengutip Al Jazeera, otoritas Palestina di Gaza mengatakan, lebih dari 800 orang tewas sejak gencatan senjata berakhir pekan lalu. Sedangkan secara keseluruhan, sekitar 15.899 warga Palestina terbunuh sejak 7 Oktober, dengan jumlah korban di pihak Israel sekitar 1.200 orang.