Bagikan:

JAKARTA - Kelompok ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan bom yang mengguncang universitas di Filipina saat tengah menggelar Misa Katolik Hari Minggu, sementara pihak keamanan setempat mengatakan sedikitnya empat orang tewas akibat ledakan itu.

"Tentara kekhalifahan meledakkan alat peledak di sebuah pertemuan besar umat Kristen di Kota Marawi," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan di saluran Telegram, dilansir dari SCMP 4 Desember.

Serangan itu, yang juga melukai puluhan orang, terjadi di gimnasium universitas di selatan Kota Marawi, di Pulau Mindanao.

"Saya mengutuk keras tindakan tidak masuk akal dan paling keji yang dilakukan oleh teroris asing," kata Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr.

"Ekstremis yang melakukan kekerasan terhadap orang yang tidak bersalah akan selalu dianggap sebagai musuh bagi masyarakat kita," tegasnya.

Ledakan di Marawi, sebuah kota yang dikepung oleh militan pro-ISIS selama lima bulan pada tahun 2017, terjadi setelah pembunuhan 11 kombatan dalam operasi militer pada Hari Jumat di Maguindanao del Sur sekitar 200 km jauhnya.

Mengimbau masyarakat tetap tenang, Presiden Marcos dalam unggahannya di X mengatakan telah menginstruksikan kepolisian nasional dan angkatan bersenjata untuk memastikan perlindungan dan keselamatan warga sipil, serta keamanan komunitas yang terkena dampak dan rentan".

"Yakinlah kami akan membawa pelaku tindakan kejam ini ke pengadilan," tandasnya.

Sementara, Menteri Pertahanan Gilberto Teodoro mengatakan dalam konferensi pers, operasi penegakan hukum untuk mengadili para pelaku "aktivitas teroris" akan "terus berlanjut", seperti dikutip dari Reuters.

Ada "indikasi kuat adanya unsur asing" dalam pemboman tersebut, kata Teodoro, menolak menjelaskan lebih lanjut agar tidak mengganggu penyelidikan yang sedang berlangsung.

Terpisah, Mayor Jenderal Angkatan Darat Gabriel Viray III menyebut serangan di Universitas Negeri Mindanao sebagai "aksi teror".

"Saat ini kami berada dalam kewaspadaan tinggi dan pasukan kami tetap waspada saat kami menentukan motif dan mengidentifikasi pelaku untuk benar-benar memastikan siapa dalang di baliknya," terang Viray.

Viray mengatakan setidaknya empat orang tewas akibat ledakan tersebut, termasuk tiga wanita, dan 50 lainnya dibawa ke rumah sakit untuk perawatan, sebagian besar mengalami luka ringan.

Pihak Universitas Negeri Mindanao mengatakan dalam sebuah unggahan di Facebook, pihaknya "sangat sedih dan terkejut dengan tindakan kekerasan yang terjadi selama kegiatan keagamaan".

"Kami dengan tegas mengutuk keras tindakan tidak masuk akal dan mengerikan ini," kata pihak universitas, menambahkan mereka menangguhkan perkuliahan sampai pemberitahuan lebih lanjut.