JAKARTA - Militer Filipina melakukan pengejaran besar-besaran terhadap pelaku pengeboman universitas di Filipina saat menggelar Misa Katolik, saat pihak kepolisian setempat berhasil mengidentifikasi dua tersangka yang dicurigai, usai kelompok ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Seorang pejabat senior militer Filipina mengatakan akan melakukan segala kemungkinan untuk membawa para pelaku ke pengadilan.
"Saat ini, ada operasi besar-besaran yang sedang berlangsung untuk memburu kelompok teroris atau tersangka pelaku pemboman," terang William Gonzales, kepala Komando Mindanao Barat, melansir Reuters 4 November.
Sementara pihak kepolisian setempat mengatakan telah mengantongi nama mereka yang dicurigai, salah satunya terkait dengan militan lokal.
"(Kami memiliki orang-orang) yang berkepentingan, namun penyelidikan masih berlangsung. Agar tidak mendahului penyelidikan, kami tidak akan membocorkan nama-namanya," kata kepala polisi daerah Allan Nobleza kepada GMA News.
Diberitakan sebelumnya, bom meledak di gimnasium Universitas Negeri Mindanao yang terletak di Marawi, saat kebaktian tengah berlangsung di sana pada Hari Minggu.
"Saya mengutuk keras tindakan tidak masuk akal dan paling keji yang dilakukan oleh teroris asing," kata Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr., dikutip dari SCMP.
"Ekstremis yang melakukan kekerasan terhadap orang yang tidak bersalah akan selalu dianggap sebagai musuh bagi masyarakat kita," tegasnya.
Pihak keamanan mengatakan empat orang tewas dan puluhan lainnya terluka akibat ledakan tersebut.
BACA JUGA:
Terpisah, kelompok ISIS dalam unggahannya di Telegram mengklaim bertanggung jawab terhadap serangan tersebut.
Juru bicara militer Filipina Kolonel Xerxes Trinidad mengatakan, militer berusaha memvalidasi klaim tanggung jawab ISIS.
Dari 54 orang yang terluka dalam pemboman itu, hanya tujuh orang yang masih dirawat di rumah sakit, tambah Trinidad.