Bagikan:

JAKARTA - Polisi Filipina pada Hari Rabu menetapkan dua pria sebagai tersangka, usai dicurigai terlibat dalam ledakan mematikan yang menewaskan empat orang saat Misa Katolik di sebuah universitas pada akhir pekan.

Mereka yang diduga mendalangi serangan di Marawi adalah anggota Daulah-Islamiyah Maute, kelompok militan pro-ISIS yang menguasai kota itu pada tahun 2017, mendudukinya selama lima bulan, mempertahankannya dari serangan darat dan serangan udara oleh militer.

Para tersangka adalah Kadapi Mimbesa (35) dan Arsani Membisa, yang usianya belum ditentukan, kata polisi dalam jumpa pers. Keduanya memiliki surat perintah penangkapan luar biasa untuk kejahatan seperti pembunuhan dan penculikan.

"Kami akan mengajukan kasus yang sesuai terhadap tersangka yang teridentifikasi bersama dengan John Does lainnya,” kata Brigadir Jenderal Allan Nobleza, direktur kepolisian daerah setempat, melansir Reuters 6 Desember.

"Kami memobilisasi sumber daya kami untuk memastikan para pelaku dipenjarakan," tandasnya.

Kedua tersangka diketahui beralamat di Provinsi Lanao del Sur. Namun mereka juga melakukan operasi kriminal di provinsi tetangga, Lanao del Norte.

Kadapi Mimbesa masih memiliki surat perintah penangkapan karena penculikan dan kepemilikan ilegal bahan peledak, dengan imbalan penangkapan sebesar 600.000 peso (10.849 dolar AS). Sementara Arsani Membisa dicari karena pembunuhan, kata polisi.

Sedangkan tersangka lain, yang diduga sebagai pengintai, belum diidentifikasi.

Diberitakan sebelumnya, bom meledak di gimnasium Universitas Negeri Mindanao yang terletak di Marawi, saat kebaktian tengah berlangsung di sana pada Hari Minggu.

"Saya mengutuk keras tindakan tidak masuk akal dan paling keji yang dilakukan oleh teroris asing," kata Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr., dikutip dari SCMP.

"Ekstremis yang melakukan kekerasan terhadap orang yang tidak bersalah akan selalu dianggap sebagai musuh bagi masyarakat kita," tegasnya.

Pihak keamanan mengatakan empat orang tewas dan puluhan lainnya terluka akibat ledakan tersebut.

Terpisah, kelompok ISIS dalam unggahannya di Telegram mengklaim bertanggung jawab terhadap serangan tersebut.

Juru bicara militer Filipina Kolonel Xerxes Trinidad mengatakan, militer berusaha memvalidasi klaim tanggung jawab ISIS.