JAKARTA - Densus 88 Antiteror memindahkan 26 terduga teroris dari Gorontalo dan Makassar ke Jakarta. Sebagaian besar dari terduga teroris itu merupakan anggota Front Pembela Islam (FPI) Makassar.
"Dari 19 anggota yang tertangkap semua terlibat atau menjadi anggota Front Pembela Islam (FPI) di Makassar. Mereka sangat aktif dalam kegiatan FPI di Makassar," ucap Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono di Bandara Soekarno-Hatta, Kamis, 4 Februari.
Nantinya penyidik Densus 88 akan mendalami keterangan mereka. Namun sementara peran dari mereka memang aktif dalam berbagai kegiatan FPI.
"Mereka sangat aktif dalam kegiatan FPI di Makasar. Tentunya kelompok ini akan ditindaklanjuti oleh densus 88 untuk menyelesaikan permasalahan aksi terorisme di Indonesia," ungkap dia.
BACA JUGA:
Kelompok ini, kata Rusdi, diketahui sempat merencanakan dan terlibat sejumlah aksi terorisme di dalam maupun di luar negeri. Bahkan, dalam rencananya akan melakukan bom bunuh diri.
"Kelompok ini tentunya memiliki rencana kegiatan yang akan menggangu kamtibmas di negeri ini karena kelompok ini mempunyai kemental untuk melakukan kegiatan bom bunuh diri," ungkapnya.
Dari belasan terduga teroris Makassar ini, beberapa di antaranya memiliki hubungan keluarga yang terdiri dari ayah bernama Ruli Lian, istri Ulfa Handayani, dan lima orang anaknya. Mereka merupakan pelaku pemboman gereja katedral di Zulu Filipina di tahun 2019.
"Ruli Lian Zeke dan Ulfa Handayani memiliki lima anak. Satu anak sekarang ditahan pihak keamanan Filipina karena terlibat aksi terorisme atas nama Cici. Kemudian dua bergabung dengan kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan, satu masih ada di Suriah, satu tertangkap dari 19 orang di Makassar," jelasnya.
"Kemudian punya menenatu Andi Baso yang terlibat kasus pengeboman gereja Oikemene di Samarinda 2016. Artinya dari kelompok ini adalah terdapat bapak, ibu, anak dan menantu terlibat dalam aksi terorisme," sambung dia.
Sementara untuk tujuh orang lainnya, merupakan kelompok teroris Gorontalo. Mereka juga terlibat dalam kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
"Untuk di Gorontalo kelompok ini dikenal dengan Ikhwan Pahuwato ini merupakan kelompok JAD berafiliasi kepada ISIS. Mereka telah mempersiapkan diri melakukan latihan fisik, latihan beladiri kemudian juga latihan memanah, latihan melempar pisau dan latihan menembak dengan senapan angin," jelas dia.
Bahkan, kelompok ini juga memiliki kemampuan merakit bom. Dengan kemampuannya tersebut, mereka merencanakan menebar aksi teror di sejumlah titik di Gorontalo, termasuk fasilitas milik Polri.
"Kelompok ini merencanakan kegiatan penyerangan Mako Polri, rumah dinas anggota polri dan rumah pejabat di Gorontalo dan juga berencana melakukan aksi perampokan pada beberapa toko di sekitar Gorontalo," tandas dia.