JAKARTA - Korea Selatan dan Arab Saudi pada Hari Minggu menandatangani nota kesepahaman untuk memperluas kerja sama pertahanan, kata Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) Seoul, ketika Seoul berupaya untuk menandatangani lebih banyak penjualan senjata di wilayah Teluk.
Perjanjian tersebut akan membuat keduanya membentuk komite bersama untuk mendirikan kelompok kerja penelitian dan pengembangan sistem persenjataan serta produksi, untuk melanjutkan kerja sama di bidang pertahanan, kata DAPA dalam siaran persnya pada Hari Senin.
Penandatanganan perjanjian kerja sama ini disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan Korea Selatan Shin Won-sik bersama dengan Menteri Pertahanan Arab Saudi Khalid bin Salman Al Saud.
Landasan kerja sama pertahanan, yang merupakan "kemitraan strategis berorientasi masa depan," telah dibangun, kata Shin seperti dikutip dalam siaran pers Kementerian Pertahanan Korea Selatan, melansir Reuters 5 Februari.
Pihak kementerian menambahkan, Menhan Shin juga mengadakan pembicaraan dengan Menteri Garda Nasional Arab Saudi Abdullah bin Bandar Al Saud untuk membahas penguatan kerja sama militer bilateral dan kemitraan pertahanan.
Korea Selatan diketahui berupaya meningkatkan penjualan produknya pertahanannya, untuk menjadi salah satu pemasok senjata terbesar di dunia, di tengah persaingan ketat dengan eksportir senjata global.
"Kami berharap kemitraan ini akan memperkuat hubungan kemitraan strategis yang berorientasi masa depan antara kedua negara. Ini akan menjadi peluang untuk meningkatkan kerja sama praktis di industri pertahanan dengan berkontribusi pada penguatan hubungan persahabatan dan peningkatan saling menguntungkan," kata Menteri DAPA Eom Dong-hwan dalam sebuah pernyataan, melansir Ajudaily.
Data Kementerian Pertahanan menyebutkan, nilai penjualan senjata Negeri Ginseng melonjak jadi 17 miliar dolar AS pada tahun 2022, dibanding dengan 7,25 miliar dolar AS pada tahun sebelumnya.
Lonjakan ini didorong oleh negara yang mendapatkan kesepakatan ekspor skala besar, termasuk kontrak dengan Polandia untuk memasok tank tempur K2, howitzer self-propelled K9 dan pesawat serang ringan FA-50.
Di sisi lain, ekspor senjata Negeri Ginseng ke Timur Tengah tumbuh hampir sepuluh kali lipat antara tahun 2013 dan 2022, menurut Kamar Dagang dan Industri Korea.
BACA JUGA:
Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan Korea Selatan Hanwha, Poongsan dan LIG Nex1 menyelesaikan kesepakatan dengan Arab Saudi, yang secara kolektif bernilai sekitar 989 juta dolar AS, untuk beberapa peluncur roket, amunisi dan sistem elektro-optik, dengan lebih banyak kesepakatan lagi yang sedang dikerjakan, menurut laporan Bulan November Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) yang berbasis di London.
"Negara-negara Teluk Arab berupaya mendiversifikasi sumber pengadaan pertahanan dan kemitraan mereka di luar pemasok tradisional mereka di Barat," kata laporan itu.
"Dan Seoul dapat menawarkan alternatif peralatan yang semakin canggih, seringkali dengan harga yang kompetitif dan waktu tunggu yang lebih singkat," lanjut laporan itu.