Uni Eropa Bakal Luncurkan Misi Angkatan Laut ke Laut Merah Pertengahan Bulan Ini.
Fregat F221 FGS Hessen milik Jerman. (Wikimedia Commons/Commander U.S. Naval Forces Europe-Africa/U.S. 6th Fleet)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan, negara-negara anggota blok tersebut berencana meluncurkan misi angkatan laut ke Laut Merah pertengahan bulan ini, untuk melindungi kapal dari serangan milisi Houthi.

Aktivitas kapal-kapal pengiriman barang komersial mengalihkan rute mereka dari Laut Merah, menyusul serangan yang dilakukan kelompok Houthi yang menguasai sebagian besar Yaman.

"Tidak semua negara anggota bersedia berpartisipasi tetapi tidak ada yang menghalangi. Saya berharap pada tanggal 17 bulan ini (Februari) misi tersebut dapat diluncurkan," kata Borrell, dilansir dari Reuters 1 Februari.

Blok tersebut menggelar pertemuan menteri pertahanan, untuk memilih negara yang akan memimpin, menguraikan di aman misi tersebut bermarkas, siapa yang akan berpartisipasi dan dengan aset apa.

Borrell mengatakan operasi UE akan diberi nama Aspides, yang berarti pelindung, dengan mandat melindungi serangan komersial dan mencegat, tetapi tidak mengambil bagian dalam serangan terhadap Houthi.

Prancis, Yunani dan Italia telah menunjukkan minat untuk memimpin misi tersebut, dengan tujuh negara sejauh ini mengindikasikan mereka bersedia mengirim aset angkatan laut, kata para diplomat, seraya menambahkan misi tersebut akan didasarkan pada misi UE yang ada di wilayah tersebut.

Operasi tersebut awalnya akan melibatkan tiga kapal di bawah komando UE. Prancis dan Italia sudah memiliki kapal perang di wilayah tersebut, dengan Jerman berencana mengirim kapal perang jenis fregat F221 FGS Hessen ke wilayah tersebut, kata para diplomat.

Diketahui, Amerika Serikat dan negara-negara lain pada bulan Desember meluncurkan misi di Laut Merah, untuk menghilangkan kekhawatiran gangguan pada salah satu jalur perdagangan utama dunia dapat berdampak buruk terhadap perekonomian global.

Namun beberapa sekutu AS, terutama negara-negara Eropa, telah menyatakan keraguannya terhadap rencana tersebut, yang menyebabkan AS dan Inggris melancarkan serangan udara terhadap posisi Houthi, menolak gagasan mereka berada di bawah komando Washington.