Bagikan:

JAKARTA - Pejabat senior bantuan PBB mengatakan, badan bantuan PBB untuk Palestin (UNRWA) memiliki perang sentral dan tak tergantikan, menyusul dukungan Israel adanya staf badan itu yang terkait dengan serangan Hamas ke Israel selatan Oktober lalu.

"Sangat penting bagi kita untuk menyadari peran sentral yang dimainkan UNRWA di Jalur Gaza dalam penyaluran bantuan kemanusiaan dan, tentu saja, sebelum konflik, ketika sekolah dibuka atau klinik dibuka," jelas pejabat senior bidang kemanusiaan dan koordinator rekonstruksi untuk Gaza Sigrid Kaag, usai pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB, melansir The National News 31 Januari.

"Tidak ada cara organisasi mana pun dapat menggantikan atau mengganti kapasitas yang luar biasa, kemampuan UNRWA dan pengetahuan mereka tentang populasi di Gaza," lanjutnya.

Lebih jauh Kaag mengatakan, dia telah berbagi pengamatan dan rekomendasinya selama pengarahannya kepada dewan, menyoroti logistik rute pasokan Gaza dan proses distribusi, serta menciptakan lingkungan yang mendukung dan mekanisme pengawasan bantuan PBB.

"Ini bukan tentang menghitung truk (bantuan). Ini tentang volume, kualitas, kecepatan dan pengiriman barang-barang kemanusiaan dan komersial yang berkelanjutan untuk menjangkau warga sipil di Gaza," jelasnya.

"Dan mekanismenya, ketika sudah mulai berjalan, dapat sangat membantu memfasilitasi hal tersebut," tandas Kaag.

Pernyataan Kaag muncul ketika Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres bersiap bertemu dengan 36 negara donor untuk membahas pendanaan UNRWA.

Diketahui, beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Swedia, Belanda, Prancis dan Jepang telah menangguhkan pendanaan untuk badan PBB tersebut, menyusul tuduhan beberapa anggota staf terlibat dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.

Israel menuduh badan PBB tersebut bias dan meminta mereka mengakhiri operasinya di Gaza setelah perang.

Terpisah, juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan, setiap tahun UNRWA memberikan daftar 13.000 stafnya di Gaza kepada Israel dan Otoritas Palestina.

"Sejauh yang saya diberitahu oleh UNRWA, kekhawatiran belum muncul ketika daftar staf tersebut dibagikan," katanya.