JAKARTA - Perusahaan East Japan Railway Co. mengatakan sedang meningkatkan sistem deteksi dini gempa bumi, agar kereta peluru shinkansen dapat mengerem lebih cepat ketika terjadi gempa.
Sistem tersebut, yang akan dipasang pada Bulan Maret di seluruh 135 kereta shinkansen Tohoku, Joetsu dan Hokuriku, akan mempersingkat waktu reaksi antara mendeteksi gempa bumi dengan mengoperasikan rem darurat, dari rata-rata saat ini 3,9 detik menjadi 1,3 detik, menurut siaran pers, dilansir dari Kyodo News 20 Januar.
Lebih jauh dikatakan, rem darurat akan diaktifkan ketika gempa diperkirakan berkekuatan 5,5 SR atau lebih.
Berdasarkan sistem tersebut, berdasarkan penelitian bersama dengan Railway Technical Research Institute, sebuah shinkansen yang melaju dengan kecepatan 320 kilometer per jam akan berhenti dalam jarak sekitar 230 meter lebih pendek dari teknologi saat ini.
Operator kereta api mengatakan akan meninjau perhitungan saat ini yang digunakan untuk memprediksi besarnya gempa bumi melalui gelombang P, atau gelombang primer yang bergerak lebih cepat dari gelombang S, yang menyebabkan gerakan di tanah, untuk memperkirakan data dengan akurasi yang lebih tinggi.
Kereta peluru Shinkansen sendiri saat ini berhenti sekitar 20 kali karena alasan gempa setiap tahunnya. Dengan sistem baru ini, mereka kemungkinan akan melakukan empat pemberhentian darurat tambahan, karena sensitivitas sistem baru yang lebih baik.
BACA JUGA:
Presiden JR East Yuji Fukasawa saat konferensi pers menyebutnya sebagai "keputusan yang lebih mengutamakan keselamatan."
Diketahui, sistem keselamatan gempa bumi kereta peluru Shinkansen terus ditingkatkan sejak diperkenalkan pertama kali pada tahun 1982.