Bagikan:

TANGERANG – Masa kampanye Pemilu 2024, sejumlah alat peraga kampanye (APK) calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) serta calon legislatif (Caleg) banyak terpasang di berbagai tempat. Namun banyak APK terpampang di tempat yang tidak semestinya.

Berdasarkan situs resmi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) APK dilarang dipasang di tempat ibadah, rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan, tempat pendidikan meliputi gedung atau halaman sekolah, pohon, perguruan tinggi, gedung pemerintah, serta fasilitas lainnya. Tapi faktanya banyak APK yang terpasang melanggar peraturan.

Seorang pemasang APK dari salah satu caleg mengaku bahwa dirinya tidak mengetahui mengenai peraturan pemasangan APK.

Samson, nama panggilannya, mengaku bahwa dirinya mendapat upah Rp25 ribu untuk setiap satu spanduk caleg yang dia pasang di Kota Tangerang. Samson memasang spanduk yang memang titiknya sudah ditentukan oleh Calegnya.

“Satu spanduk Rp25 ribu. Saya dua orang, pasang 10 spanduk jadi Rp250 ribu,” ujar Samson saat diwawancara VOI, Selasa, 16 Januari.

Di tengah kampanye Pemilu 2024, Samson kebanjiran order pasang APK. Buktinya, setelah ia berhasil pasang 10 spanduk, dirinya kembali mendapat order pasang 20 spanduk di Kota Tangerang.

“Seminggu kemudian minta dipasangin lagi. Dia minta 20 spanduk. Tapi pas yang 20 spanduk saya minta ditambahin jadi Rp30 ribu. Tadinya mau dikasih Rp500 ribu. Saya bilang tambahin lah, jadi dapetnya Rp600 ribu,” ucapnya.

Perihal titik pemasangan APK, Samson mengaku hanya menjalankan tugasnya berdasarkan perintah dari calegnya.

“Arahan di tiang listrik, kalau tidak dapat ya di pohon. Yang penting jaraknya jauh. Pelang sudah tersedia kaya di Yupentek,” ucapnya.

Samson pernah mendapat protes dari warga saat memasang APK. Namun, saat itu dirinya tidak banyak beradu argumen, ia hanya menghubungi Calegnya.

“Pernah saat pasang di Periuk (Kota Tangerang), ada warga di situ nanya ‘sudah izin RT belum?,” kata Samson menceritakan pengalamannya.

“Saya jawab. Saya dapat arahan pasang di sini. Lalu saya telepon Caleg yang suruh saya. Habis itu saya diminta pindah lokasi. ‘Dia minta pindah, ya sudah saya pindah. Pokoknya pinggir jalan,” ucapnya.