Sebut Tidak Ada Rencana Penarikan Militer AS dari Irak, Pentagon: Kami Fokus Mengalahkan ISIS
Ilustrasi militer Amerika Serikat di Irak. (Wikimedia Commons/US Army)

Bagikan:

JAKARTA - Juru bicara Departemen Pertahanan mengatakan, tidak ada rencana penarikan sekitar 2.500 tentara Amerika Serikat dari Irak, setelah Baghdad pekan lalu mengumumkan mereka akan memulai proses penarikan koalisi militer pimpinan Negeri Paman Sam dari negara itu.

"Saat ini, saya tidak mengetahui adanya rencana apa pun (untuk merencanakan penarikan). Kami tetap fokus pada misi mengalahkan ISIS," ujar kata Mayor Jenderal Patrick Ryder dalam jumpa pers, menambahkan pasukan AS berada di Irak atas undangan pemerintah setempat, melansir Reuters 9 Januari.

Lebih jauh Mayjen Ryder mengatakan, dia juga tidak mengetahui adanya pemberitahuan apa pun dari Baghdad Kepada Departemen Pertahanan mengenai keputusan untuk menarik pasukan AS. Ia merujuk wartawan ke Departemen Luar Negeri AS untuk membahas masalah tersebut.

Pekan lalu, Kantor Perdana Menteri Mohammed Shia al-Sudani pada Hari Jumat mengumumkan langkah untuk menarik pasukan AS, menyusul serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad yang dikutuk oleh pemerintah.

Pentagon mengatakan serangan itu menewaskan seorang pemimpin milisi yang bertanggung jawab atas serangan baru-baru ini terhadap personel AS.

Kantor PM Sudani mengatakan, sebuah komite akan dibentuk untuk "mengatur penghentian kehadiran pasukan koalisi internasional di Irak secara permanen."

"Kami menekankan posisi tegas kami dalam mengakhiri keberadaan koalisi internasional, setelah pembenaran keberadaannya berakhir," kata PM Sudani seperti dikutip dalam pernyataan itu.

Sebelumnya, serangan AS Kamis pekan lalu memicu kemarahan di antara kelompok-kelompok yang bersekutu dengan Iran yang menuntut pemerintah mengakhiri kehadiran koalisi di Irak.

Serangan tersebut telah mendapat persetujuan sebelumnya dari Presiden Joe Biden dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin.

AS diketahui memiliki 900 tentara di Suriah selain pasukannya di Irak, dalam misi yang disebutnya memberikan nasihat dan membantu pasukan lokal dalam upaya mencegah kebangkitan ISIS, yang pada tahun 2014 menguasai sebagian besar wilayah kedua negara sebelum dikalahkan.

Sejak perang Israel-Hamas pecah Oktober tahun lalu, militer AS telah diserang sedikitnya 100 kali di Irak dan Suriah. Serangan biasanya dilakukan dengan kombinasi roket dan drone serang.

Adapun PM Sudani memiliki kendali terbatas atas beberapa faksi yang didukung Iran, yang dukungannya diperlukan untuk memenangkan kekuasaan setahun lalu dan kini membentuk blok kuat dalam koalisi pemerintahannya.