JAKARTA - Israel Defense Forces (IDF) menjanjikan sejumlah uang dalam jumlah bervariatif, bagi mereka yang bisa memberikan informasi mengenai keberadaan sejumlah elite kelompok militan Palestina Hamas.
Dalam brosur yang dibagikan di seluruh wilayah Jalur Gaza pada Hari Kamis, IDF menjanjikan uang dalam jumlah besar, mulai dari Rp6 miliar hingga Rp1 miliar, untuk siapa saja yang bisa memberikan informasi lokasi persembunyian para pemimpin senior Hamas di Gaza.
Dalam selebaran itu IDF menawarkan imbalan 400.000 dolar AS (Rp6.192.780.000) untuk informasi tentang pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar. Sedangkan untuk saudaranya Muhammad Sinwar, IDF menawarkan 300.000 dolar AS.
Hadiah yang lebih rendah, senilai 200.000 dolar AS (Rp3.095.230.000), akan diberikan oleh IDF kepada mereka yang memberikan informasi tentang lokasi Rafa Salama, komandan Brigade Khan Yunis. Sedangkan untuk Komandan Brigade Al-Qassam, Mohammed Deif, tentara akan memberikan 100.000 dolar AS (Rp1.547.615.000).
"Kerahasiaan terjamin," tulis IDF dalam brosur, lengkap dengan nomor yang dapat dihubungi, dikutip dari The Jerusalem Post 15 Desember.
Pekan lalu, sumber Israel mengatakan kepada kantor berita KAN Hari Sabtu, Yahya Sinwar meninggalkan Kota Gaza di Gaza utara ke Khan Yunis di Gaza selatan dalam konvoi kemanusiaan, segera setelah perang dimulai.
Beberapa pekan sebelumnya, KAN melaporkan Sinwar dan Deif diyakini bersembunyi di Khan Yunis di selatan Gaza. Itu membuat IDF meningkatkankan operasinya di Khan Yunis.
IDF mengatakan, para anggota Hamas yang menyerah di Shejaia dan Jabalya pada akhir pekan mengatakan, para pemimpin Hamas, termasuk Sinwar, "menyangkal kenyataan" meskipun telah mendapat informasi terkini mengenai situasi di lapangan.
BACA JUGA:
"Mereka mengeluh kepemimpinan Hamas terputus dari situasi serius yang mereka alami di lapangan," kata juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari.
"Ada juga perasaan luas bahwa kepemimpinan bawah tanah Hamas tidak peduli dengan masyarakat Gaza. Hal ini juga sangat mengkhawatirkan operasi militer Hamas," klaim Hagari.