Bagikan:

JAKARTA –  Kepala Staf Kepresidenan, (KSP) Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, menilai produksi garam Indonesia harus memanfaatkan teknologi modern. Sehingga produksi garam dalam negeri tidak lagi dipengaruhi kondisi cuaca.

“Jika cuaca tidak mendukung produksi garam akan turun. Persoalan ini harus dicarikan solusinya,” kata Moeldoko, di gedung Bina Graha Jakarta, Senin 11 Desember.

Diketahui, sampai saat ini Indonesia masih harus mengimpor garam dari negara-negara lain. Pada 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengimpor garam sebanyak 2,75 juta ton dengan nilai US$124,4 juta.

Impor tersebut untuk menambal kekurangan produksi garam dalam negeri yang hanya mencapai 1,2 juta ton per tahun. Sementara kebutuhan garam mencapai 4,5 juta ton per tahun.

Moeldoko mengakui pemanfaatan teknologi modern dalam produksi garam Indonesia membutuhkan biaya besar. Untuk itu, pemerintah mendorong investasi di bidang pergaraman agar produksi garam nasional meningkat.

Hal ini juga menjadi amanah dari Peraturan Presiden (Perpres) No 126/2022 tentang Percepatan Pembangunan Pergaraman Nasional.

Ia menyebut saat ini sudah ada beberapa perusahaan dari negara lain yang tertarik untuk berinvestasi di bidang pergaraman. Bahkan mereka juga menyatakan siap untuk bekerjasama dengan masyarakat dan mengintegrasikan produksinya dengan kantong-kantong produksi garam rakyat.

“Saya tegaskan kepada mereka nantinya tidak hanya produksi di sini (Indonesia), tapi juga memberdayakan kantong-kantong produksi garam rakyat dan mentransfer pengetahuan atau teknologinya,” tegasnya.

Sebelumnya, pada Jumat minggu lalu, Moeldoko menerima kedatangan pimpinan Salt & Hemp, sebuah perusahaan asal Korea Selatan yang bergerak di bidang produksi garam industri.

Perusahaan yang berpusat di provinsi Gyeongsang Selatan ini menyatakan tertarik untuk berinvestasi di bidang pergaraman di Indonesia.

Pada kesempatan itu, mereka memaparkan proses produksi garam dengan menggunakan teknologi nano filter, yakni menyedot air laut menggunakan pompa. Air laut tersebut kemudian dialirkan melalui membrane nano filter yang memiliki pori-pori berukuran sangat kecil.

“Membran nano filter ini hanya akan meloloskan molekul-molekul garam, sedangkan air dan kotoran lainnya akan tertahan,” jelas Kim Yong Deok, Chairman Salt & Hemp.

Dengan teknologi nano filter, Kim mengklaim perusahaannya bisa memproduksi garam sebanyak 5,5 ton per hari dengan waktu produksi hanya satu jam dan lahan seluas 1650 meter persegi.

“Ini menjadi salah satu solusi untuk menjawab kebutuhan garam kita, dan tidak terpengaruh cuaca,” tambah Moeldoko.