Bagikan:

JAKARTA - Mahkamah Agung Rusia menetapkan gerakan LGBT sebagai ekstremis, melarang seluruh aktivitas yang terkait dengannya di negara itu pada Hari Kamis.

"Mengabulkan gugatan Kementerian Kehakiman untuk mengakui gerakan LGBT sebagai ekstremis," kata hakim mengumumkan keputusan tersebut, dilansir dari TASS 1 Desember.

Keputusan pengadilan yang digelar tertutup, karena adanya materi rahasia dalam kasus tersebut, segera diberlakukan usai diputuskan.

Pengadilan membutuhkan waktu sekitar empat jam untuk mempelajari bukti-bukti yang diajukan oleh Kementerian Kehakiman, setelah itu bagian operatif dari putusan diumumkan, yang mana motif pengadilan masih belum diketahui.

Sebelumnya, Kementerian Kehakiman telah mengajukan gugatan untuk melarang gerakan LGBT di Rusia.

Dalam gugatan tersebut, berbagai tanda dan manifestasi terkait ekstremisme, termasuk hasutan perselisihan sosial dan agama, telah diidentifikasi dalam aktivitas gerakan tersebut di wilayah Federasi Rusia.

Diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin telah lama berupaya untuk mempromosikan citra Rusia sebagai penjaga nilai-nilai moral tradisional, berbeda dengan Barat yang dekaden.

Dalam pidatonya tahun lalu, ia mengatakan negara-negara Barat diperbolehkan untuk mengadopsi "tren-tren yang menurut saya agak aneh, ketinggalan jaman seperti lusinan gender, dan parade gay" namun tidak mempunyai hak untuk memaksakannya pada negara-negara lain, dikutip dari Reuters.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan sebelum keputusan pengadilan diumumkan, Kremlin "tidak mengikuti" kasus tersebut dan tidak memberikan komentar mengenai hal tersebut.

Terpisah, aktivis LGBT menganggap keputusan tersebut tidak dapat dihindari setelah permintaan Kementerian Kehakiman pada 17 November, yang mengatakan "berbagai tanda dan manifestasi orientasi ekstremis, termasuk hasutan perselisihan sosial dan agama" telah diidentifikasi dalam kegiatan gerakan LGBT di Rusia.

"Tentu saja ini sangat mengkhawatirkan, dan saya tidak ingat ancamannya begitu serius dan nyata," Alexei Sergeyev, seorang aktivis LGBT di St Petersburg, mengatakan kepada Reuters TV dalam sebuah wawancara awal bulan ini.

Diketahui, lebih dari 100 kelompok telah dilarang di Rusia karena dianggap "ekstremis". Mereka yang termasuk di dalamnya misalnya gerakan keagamaan Saksi Yehuwa dan organisasi yang terkait dengan politisi oposisi Alexei Navalny.