Bagikan:

JAKARTA - Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani menerima dukungan para kiai dan ulama Majelis Dzikir Nurul Wathon untuk pasangan Capres Cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Dalam sambutannya, Muzani menyinggung bahwa kegiatan pengajian harus mendapat perlindungan dari negara.

Muzani mulanya bicara soal tekad Prabowo apabila terpilih sebagai Presiden ke-8 RI. Prabowo, kata dia, akan menggunakan jabatannya untuk membela orang miskin, orang terpinggirkan, petani, pedagang, hingga membela orang-orang yang selama ini tidak menikmati pembangunan.

"Karena itu, Pak Prabowo ingin agar mereka memiliki hak hidup yang lebih baik. Karena itu, tekad beliau adalah ingin memberikan makan siang gratis kepada semua pelajar dan siswa siswi dan ibu-ibu hamil," ujar Muzani di hadapan majelis dzikir yang digelar di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 30 November, malam.

"Menurut beliau, makanan siang gratis dan minum susu gratis adalah cara untuk meningkatkan kesehatan anak-anak kita, cara untuk meningkatkan gizi anak-anak kita, sehingga anak-anak kita bisa menjadi sehat, ibu yang hamil bisa melahirkan anak yang sehat dan ibunya sehat," sambungnya.

Dengan meningkatkan gizi anak dan ibu hamil maka dalam 5 atau 10 bahkan 15-20 tahun yang akan datang, Indonesia akan dipenuhi oleh generasi yang sehat, generasi yang IQ nya tinggi dan otaknya cerdas. Serta generasi yang fisiknya bagus.

"Dengan begitu prestasi orang-orang akan meningkat, prestasi di sekolahnya pun akan pintar-pintar, itulah harapan beliau (Prabowo, red)," kata Wakil Ketua MPR itu.

Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran itu juga menyebut bahwa Prabowo bertekad untuk menjadikan pesantren sebagai fasilitas pendidikan agama Islam. Karena akhlak dan budi pekerti akan dibangun dari pesantren.

"Karena itu, dana abadi pesantren seperti yang diharuskan dalam UU pondok pesantren, insya Allah akan diwujudkan pada saat beliau jadi presiden," kata Muzani.

Untuk mewujudkan itu, Muzani mengatakan, Prabowo memerlukan doa para ulama dan kiai. Prabowo, kata dia, juga merasa bahwa kehidupan keagamaan, kerukunan dan toleransi antar sesama harus terus dijaga.

"Kehidupan keagamaan kita harus terus dimuliakan, bagaimana pengajian dzikir, solawatan, yasinan, tahlilan dan semua bentuk pengajian, ibu-ibu, bapak-bapak, anak-anak, remaja yang tiap hari mengisi kegiatan dengan pengajian harus mendapatkan perlindungan dari negara. Dan harus didapatkan jaminan kebebasan dari negara untuk menjalankan keyakinan ibadahnya," ungkap Muzani.

Terutama pengajian untuk kaum ibu-ibu, Muzani menegaskan, tidak boleh dilarang. Sebab menurutnya, ibu-ibu punya kewajiban untuk membesarkan dan mengajarkan anak-anaknya agar mempunyai budi pekerti yang baik.

"Ibu-ibu yang pengajian apakah itu Sabtu, Minggu, Senin, Selasa, Rabu harus terus dijamin oleh negara. Dan ibu-ibu juga punya kewajiban untuk terus membina keluarganya. Pengajian itulah yang dijadikan referensi oleh ibu-ibu untuk membina anak-anak di rumah, pengajian itulah yang dijadikan rujukan oleh ibu-ibu untuk membina cucu-cucunya di rumah. Jangan malah pengajian dilarang di tempat-tempat tertentu," pungkasnya.