JAKARTA - Kepala perunding Qatar sebagai mediator dalam perundingan Israel-Hamas mengingatkan kedua belah pihak, tidak ada serangan hingga ekspansi selama gencatan senjata, saat kedua belah pihak menyatakan tetap dalam posisi siaga selama penghentian tembak-menembak.
Otoritas Israel dan kelompok militan Hamas menyepakati gencatan senjata selama empat hari di Gaza, diikuti dengan pertukaran 50 sandera yang ditahan dengan 150 warga Palestina yang dipenjara, serta masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah kantong tersebut.
Perundingan dilakukan selama berhari-hari antara Hamas, Israel, Amerika Serikat dan Qatar sebagai mediator. Diyakini, ada sekitar 240 sandera yang ditahan oleh Hamas.
Kendati demikian, baik Israel maupun Hamas mengatakan, mereka tetap dalam posisi siaga dan siap mengantisipasi setiap perubahan, tidak mengubah misinya, kendati ada gencatan senjata.
"Kami sedang berperang dan kami akan melanjutkan perang sampai kami mencapai semua tujuan kami. Untuk menghancurkan Hamas, kembalikan semua sandera kami dan pastikan tidak ada entitas di Gaza yang dapat mengancam Israel," kata PM Israel Benjamin Netanyahu, melansir Reuters 22 November.
Pun demikian dengan Hamas yang mengatakan tetap waspada dan siap mengambil tindakan kendati ada gencatan senjata.
"Saat kami mengumumkan penghentian perjanjian gencatan senjata, kami menegaskan tetap siap untuk mengambil tindakan, dan pejuang kami yang menang akan tetap waspada untuk membela rakyat kami dan mengalahkan pendudukan," kata kelompok itu dalam pernyataannya.
Sementara itu, kepala perunding Qatar dalam perundingan gencatan senjata, Menteri Luar Negeri Mohammed Al-Khulaifi mengatakan kepada Reuters, Komite Palang Merah Internasional akan bekerja di Gaza untuk memfasilitasi pembebasan para sandera.
"Gencatan senjata berarti tidak akan ada serangan apa pun. Tidak ada gerakan militer, tidak ada ekspansi, tidak ada apa pun," ujarnya.
BACA JUGA:
Al-Khulaifi menambahkan, Qatar berharap kesepakatan itu "akan menjadi benih bagi kesepakatan yang lebih besar dan gencatan senjata permanen. Dan itulah niat kami."
Diketahui, 50 perempuan dan anak-anak akan dibebaskan secara bertahap selama empat hari, dan selama itu ada jeda dalam pertempuran. Untuk setiap tambahan 10 sandera yang dibebaskan, jeda akan diperpanjang satu hari lagi.
Rencananya, pembebasan sandera akan dimulai pada Hari Kamis. Sejauh ini, Hamas sudah membebaskan empat sandera, yakni warga AS Judith Raanan (59) dan putrinya Natalie Raanan (17) pada 20 Oktober, dengan alasan "alasan kemanusiaan," serta dua perempuan lanjut usia Israel, Nurit Cooper (79) dan Yocheved Lifshitz (85) pada 23 Oktober.