JAKARTA - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memutuskan untuk mengganti pesawat pengintainya yang menua, dengan armada yang lebih baru dan modern untuk mendukung operasional aliansi militer itu di masa depan.
Dalam pengumuman tengah pekan ini, armada AWACS yang saat ini sudah beroperasi sejak tahun 1980-an, akan digantikan dengan versi militer dari jet komersil Boeing 737.
Bertindak seperti menara radar terbang, jet AWACS (Airborne Warning and Control System) dengan kubah khas selebar sembilan meter di punggungnya, telah menjadi mata NATO di langit sejak tahun 1982.
Dengan radar berputarnya, jet Boeing 707 yang dinamai E-3A Sentry yang dimodifikasi saat ini dapat mendeteksi pesawat pada jarak lebih dari 400 kilometer (250 mil).
Mereka mampu memantau area seluas sekitar 300.000 kilometer persegi (115.000 mil persegi), menurut NATO, wilayah seukuran Polandia, dan juga dapat mendeteksi target di darat hingga kapal.
Untuk menggantikan jet AWACS yang lama, NATO berencana membeli enam pesawat Boeing E-7 A Wedgetail, dengan kontrak yang akan ditandatangani pada tahun 2024, sementara jet pertama akan siap untuk tugas operasional pada tahun 2031.
"Pesawat pengintai dan pengendali sangat penting bagi pertahanan kolektif NATO dan saya menyambut baik komitmen sekutu untuk berinvestasi pada kemampuan canggih," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, melansir Reuters 15 November.
"Investasi dalam teknologi tercanggih ini menunjukkan kekuatan kerja sama pertahanan transatlantik seiring kita terus beradaptasi dengan dunia yang lebih tidak stabil," jelasnya.
Aliansi tersebut tidak merinci mengapa mereka memilih untuk mengganti armadanya yang terdiri dari 14 pesawat saat ini dengan hanya enam jet Wedgetail. Namun, aliansi tersebut mengatakan pesawat baru yang dipilih akan memiliki kemampuan yang lebih baik dan lebih mahal dibandingkan pendahulunya.
Amerika Serikat, Inggris dan Turki juga menerbangkan Wedgetail atau berencana mengoperasikannya.
Diketahui, berbasis di pangkalan udara Geilenkirchen di Jerman, armada AWACS telah banyak digunakan untuk misi pengawasan NATO di sepanjang sisi timur aliansi tersebut, setelah serangan Rusia terhadap Ukraina.
BACA JUGA:
Di masa lalu, pesawat ini tidak hanya mendukung misi NATO di Balkan, Afghanistan dan Irak, tetapi juga mendukung acara-acara seperti Piala Dunia 2006 di Jerman dan pertemuan puncak aliansi.
Dalam suatu konflik, pesawat AWACS tidak hanya dapat memberikan gambaran radar untuk jet tempur, kapal dan pusat kendali sekutu, tetapi juga mengarahkan jet tempur NATO ke sasaran mereka.
Pesawat tersebut, salah satu dari sedikit aset yang dimiliki NATO, diawaki oleh awak multinasional asal 19 dari 31 negara sekutu.