JAKARTA - Diplomat tinggi Uni Eropa mengatakan pihaknya memahami kemarahan Israel atas serangan kelompok Hamas, tapi meminta tidak termakan amarah, saat bertemu dengan menteri luar negeri negara itu.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menyampaikan hal itu saat menemui Menlu Israel Eli Cohen, usai keduanya mengunjungi Kibbutz Be'eri, lokasi serangan yang dilakukan Hamas 7 Oktober lalu.
"Saya memahami kemarahan Anda, namun izinkan saya meminta Anda untuk tidak termakan oleh kemarahan. Saya pikir itulah yang dapat dikatakan oleh sahabat Israel kepada Anda," ujarnya, melansir Reuters 16 November.
Berbicara di Dewan Regional Eshkol, Borrell kembali menekankan solidaritas UE untuk Israel, serta dukungan terhadap hak negara itu untuk membela diri sesuai dengan hukum internasional.
"Membela Israel adalah satu hal, memperhatikan kebutuhan orang yang membutuhkan adalah hal lainnya," sambungnya.
"Dan itulah sebabnya Uni Eropa, selain mendukung hak membela Israel, juga meminta bantuan kemanusiaan, makanan, air, bahan bakar, perlindungan (bagi masyarakat di Gaza)," ujarnya.
Kantor media pemerintah di Gaza pada Hari Rabu mengumumkan, jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza bertambah menjadi 11.500, termasuk 4.710 anak-anak dan 3.160 wanita.
"Jumlah kematian di kalangan personel medis telah mencapai 200 orang," kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan di Telegram, dikutip dari Anadolu.
Sementara, jumlah orang yang terluka mencapai 29.800 orang, dan sekitar 70% di antaranya adalah anak-anak dan perempuan.
Pernyataan Hari Rabu juga menyebutkan 95 gedung gedung pemerintah dan 255 sekolah telah hancur. Sebanyak 74 masjid hancur total dan 162 rusak sebagian, serta tiga gereja.
Sementara itu, korban tewas di Israel mencapai 1.200 orang, menurut angka resmi.
Melihat kondisi yang terjadi, Borrell mendesak kondisi yang lebih baik bagi warga sipil di Jalur Gaza
"Satu kengerian tidak membenarkan kengerian lainnya," tandasnya.
BACA JUGA:
"Hamas harus dikalahkan, tapi Hamas tidak mewakili rakyat Palestina," tandas Borrell.
Hamas secara resmi berkuasa dengan memenangkan pemilu lokal tahun 2006 di Jalur Gaza, dan kemudian menggulingkan kepemimpinan Otoritas Palestina di wilayah tersebut melalui kudeta berdarah tahun 2007.
Diketahui, Borrell yang menjabat sebagai Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan sekaligus Wakil Presiden Komisi Eropa, telah menghabiskan waktu setahun terakhir untuk memajukan pembicaraan dengan para pemangku kepentingan regional, guna memajukan solusi dua negara terhadap konflik Israel-Palestina.