Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joe Biden membahas masalah komunikasi militer, Taiwan, hingga kerja sama dengan China, saat menerima Presiden Xi Jinping, sekaligus menyatakan kesiapan untuk bersaing dengan penuh tanggung jawab.

Pertemuan tatap muka di Perkebunan Filoli, di pinggiran San Francisco sebelum dimulainya KTT APEC ini, menjadi yang pertama dalam setahun terakhir, membahas sejumlah masalah yang menyebabkan hubungan kedua negara menegang.

Dalam unggahannya di X usai pertemuan, Presiden Biden mengatakan apa yang selama ini telah disampaikan oleh dirinya, tetap berlaku setelah pertemuan mereka.

"Hari ini, Presiden Xi dan saya mengambil langkah nyata ke arah yang benar," tulis Presiden Biden di X seperti dikutip 16 November.

"Amerika Serikat akan bersaing dengan penuh semangat dan bertanggung jawab dengan Republik Rakyat Tiongkok," lanjutnya.

"Kami akan melindungi kepentingan keamanan nasional kami. Kami akan membela nilai-nilai kami.

Dan kami akan bekerja sama jika memungkinkan dan demi kepentingan kami," urai Presiden Biden.

"Itulah yang dunia harapkan dari kita," tandasnya.

Dalam pertemuan tersebut, salah satu hal yang dibahas keduanya adalah, kesepakatan untuk melanjutkan komunikasi militer-ke-militer antara Beijing dengan Washington yang dinilainya penting.

pertemuan presiden biden dan presiden xi jinping
Pertemuan Presiden Joe Biden dengan Presiden Xi Jinping. (Twitter/@POTUS)

Menurutnya, penting untuk kedua negara memiliki komunikasi yang jelas, untuk menghindari kesalahan perhitungan dan terjadinya konflik.

"Hari ini, saya mengumumkan AS. dan RRT melanjutkan komunikasi militer-ke-militer," kata Presiden Biden.

"Komunikasi yang jelas dan terbuka antar lembaga pertahanan kita sangat penting untuk menghindari kesalahan perhitungan oleh kedua belah pihak dan mencegah konflik," paparnya.

"Dunia mengharapkan hal ini terjadi pada negara-negara yang bertanggung jawab," sebut Presiden Biden.

Selain itu, kedua pemimpin sepakat untuk memiliki saluran komunikasi tingkat tinggi, yang memungkinkan mereka untuk melakukan komunikasi secara langsung.

"Dia dan saya sepakat bahwa masing-masing dari kami dapat menerima panggilan telepon secara langsung dan kami akan segera didengarkan," sebut Presiden Biden, seperti mengutip Reuters.

Sementara itu, Gedung Putih mengatakan Presiden Biden mengangkat isu-isu yang menjadi kekhawatiran Washington, termasuk penahanan warga AS, hak asasi manusia di Xinjiang, Tibet dan Hong Kong, serta aktivitas agresif Beijing di Laut Cina Selatan.

Seorang pejabat AS menggambarkan perselisihan mengenai Taiwan, pulau demokratis yang diklaim Tiongkok sebagai wilayahnya.

Preferensi Tiongkok adalah melakukan reunifikasi secara damai dengan pulau Taiwan yang diklaim Tiongkok, kata Presiden Xi kepada Presiden Biden, menurut pejabat AS tersebut.

Lanjutnya, Presiden Biden menekankan perlunya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. Pejabat AS itu mengatakan, Presiden Biden berargumentasi untuk mempertahankan status quo dan agar Tiongkok menghormati proses Pemilu Taiwan.

"Presiden Xi menjawab 'Lihat, perdamaian semuanya baik-baik saja, tetapi pada titik tertentu kita perlu bergerak menuju resolusi yang lebih umum'," kata pejabat tersebut mengutip pernyataan Presiden Xi.

Sedangkan media Pemerintah China melaporkan, Presiden Xi juga mendesak Amerika Serikat untuk berhenti mengirim senjata ke Taiwan dan mendukung "reunifikasi" damai Tiongkok dengan Taiwan.

Presiden Xi mengatakan kepada Presiden Biden, banyak hal yang telah terjadi sejak pertemuan terakhir mereka setahun yang lalu di Bali, menyebut hubungan AS-Tiongkok sebagai “hubungan bilateral paling penting di dunia.”

"Bagi dua negara besar seperti Tiongkok dan Amerika Serikat, saling berpaling dari satu sama lain bukanlah suatu pilihan. Tidak realistis bagi satu pihak untuk merombak pihak lain," sebutnya.

Diketahui, usai menerima Presiden Xi Jinping, Presiden Biden kemudian menyambut para pemimpin negara-negara yang menghadiri KTT APEC.