JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan telah melakukan pembicaraan terkait Taiwan dengan Presiden China, Xi Jinping, dan sepakat untuk mematuhi Perjanjian Taiwan Selasa kemarin, seiring dengan ketegangan antara Beijing dan Taipei.
"Saya sudah berbicara dengan Presiden Xi tentang Taiwan. Kami setuju, kami akan mematuhi perjanjian Taiwan," katanya, mengutip Reuters 6 Oktober.
"Kami membuatnya jelas, bahwa saya tidak berpikir dia harus melakukan apa pun selain mematuhi perjanjian," sambung Presiden Joe Biden.
Presiden Biden tampaknya mengacu pada 'kebijakan satu-China' yang sudah lama berdiri di mana secara resmi mengakui Beijing daripada Taipei, dan Taiwan Relations Act, yang menjelaskan keputusan Amerika Serikat untuk membangun ikatan diplomatik dengan Beijing, bukannya Taiwan bersandar pada harapan masa depan Taiwan akan ditentukan dengan cara damai.
Komentar kepada wartawan di Gedung Putih dibuat setelah Presiden Biden kembali dari perjalanan ke Michigan, di tengah eskalasi di hubungan Taiwan - China.
Negeri Tirai Bambu mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, yang harus diambil dengan paksa jika perlu. Sementara, Taiwan mengatakan mereka adalah negara merdeka, dan akan membela kebebasan dan demokrasi, menyalahkan China untuk ketegangan.
Taiwan telah melaporkan 148 pesawat Angkatan Udara Cina di bagian selatan dan barat daya dari zona pertahanan udara selama periode empat hari dimulai pada Hari Jumat, hari yang sama China menandai liburan patriotik utama, Hari Nasional ke-72.
Menanggapi hal tersebut, Amerika Serikat mendesak China pada Hari Minggu untuk menghentikan kegiatan militernya di dekat Taiwan.
BACA JUGA:
"Amerika Serikat sangat prihatin dengan kegiatan militer provokatif Republik Rakyat Tiongkok di dekat Taiwan, yang tidak stabil, kesalahan perhitungan, dan merusak perdamaian dan stabilitas regional," ujar juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu.
Presiden Joe Biden juga merujuk panggilan 90 menit yang dia lakukan dengan Presiden Xi Jinping pada 9 September, pembicaraan pertama mereka dalam tujuh bulan terakhir, di mana kedua pemimpin membahas perlunya memastikan persaingan antara dua ekonomi terbesar di dunia tidak berdagang konflik.