JAKARTA - Israel harus berhenti menggunakan air sebagai senjata perang. Air bersih serta bahan bakar yang masuk Gaza untuk mengaktifkan jejaring pasokan air harus dibolehkan
sebelum terlambat.
"Setiap jam Israel menghalangi pasokan air minum yang aman di Jalur Gaza, adalah nyata-nyata melanggar hukum internasional, dan membuat warga Gaza terancam mati kehausan dan menderita penyakit akibat tiadanya air minum yang aman," kata rapporteur khusus PBB Pedro Arrojo-Agudo dikutip dari Anadolu via Antara, Jumat, 17 November.
Sengaja menghalangi masuknya air bersih yang dibutuhkan Gaza adalah pelanggaran atas hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional. Larangan ini berdampak terhadap kesehatan masyarakat, merenggut nyawa warga sipil lebih banyak lagi ketimbang jumlah korban tewas dalam perang.
Dia menegaskan bahwa anak-anak bakal menjadi pihak pertama yang merasakan dampak krisis air dan sanitasi, terutama balita, setelah itu wanita.
"Korban perang yang sering kali tidak terlihat ini sebenarnya dapat dicegah, dan Israel harus mencegahnya,” kata dia.
Sejak Israel mulai membombardir Gaza pada 7 Oktober, setidaknya 11.500 warga Palestina terbunuh, termasuk lebih dari 7.800 wanita dan anak-anak, dan lebih dari 29.200 lainnya terluka.
Ribuan bangunan, meliputi rumah sakit, masjid dan gereja, juga telah rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat yang tiada henti dari Israel di wilayah kantong Palestina yang terkepung tersebut.
BACA JUGA:
Blokade Israel juga telah memutus pasokan bahan bakar, listrik, dan air ke Gaza, serta mengurangi pasokan bantuan hingga hanya sedikit, sedangkan jumlah korban tewas di pihak Israel mencapai 1.200 orang.